Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Artikel

Kisah Zuraida Berglund Bersuamikan Bule dan Jejak Rendangnya kota Kvicksund

×

Kisah Zuraida Berglund Bersuamikan Bule dan Jejak Rendangnya kota Kvicksund

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.comI MEDAN-Jika di Medan wanita ini akrab dengan nama Ida Rasyad, tapi jika di negara Swedia namanya menjadi  Zuraida Berglund. Sejak disunting Nils Ake Berglund tahun 1999 kesehariannya berubah drastis, apagi sejak diboyong ke negeri salju itu. Satu-satunya yang tidak berubah adalah selalu ada sajian makanan Indonesia di meja makan keluarga kecilnya.

Di tengah rintik hujan suatu sore di sebuah restoran di kawasan Wahid Hasyim beberapa waktu lalu, wanita yang akrab disapa kak Ida ini berkisah panjang. Tentang serba-serbi kehidupannya di Swedia, tentang pekerjaannya sebagai perawat di sana hingga hobinya menjual rendang kepada teman-temannya di Swedia.

“Saya suka makan dan suka masak. Untuk makanan pavorit juga suka masak sendiri. Dan suka menanam bunga. Hanya saja untuk hobi saya menanam agak sulit saya wujudkan di negara tempat tinggal saya saat ini, yang dipengaruhi 4 musim,”ucapnya.

3 hari jumpa memutuskan menikah

Ida mengisahkan perjalanan panjang yang dilaluinya hingga ia dinikahi oleh pria berkewargaan Swedia. “Pekerjaan yang pernah saya lakoni sudah sangat banyak. Dari sales rokok hingga posisi Branch Manager,”kenangnya saat bekerja di kota Medan dulu. Puncak kariernya adalah menjadi sekretaris manager di Siemens yang bertempat di Belawan. Ia memulai pekerjaan di perusahaan tersebut tahun 1997.

Baca Juga:   Nadiem Makarim Beri Keringanan Biaya Kuliah, Ini Syaratnya

Meski dirinya bekerja di perusahaan Swedia, tapi Ida justru bertemu dengan Nils melalui media sosial. “Ya ngobrolannya nyambung. Nils orangnya asyik,”ujarnya memberi pendapat. Dari jarak jauh itu keduanya membicarakan tentang diri masing-masing.

Setahun berkenalan di media sosial, Nils memutuskan ke Medan untuk berjumpa langsung dengan Ida. “Tiga hari dia di Medan akhirnya kami memutuskan menikah,”ucapnya.

Ida memberi syarat mutlak bagi Nils jika ingin menikahinya, yaitu menjadi seorang muslim. Nils tidak keberatan. Setelah menikah Nils juga melakukan khitam dan belajar menjadi seorang muslim yang sejati. Seperti menunaikan solat bahkan membaca Alkuran.

“Saya heran juga. Nils begitu serius. Dia menjadi seorang muslim yang total. Alhamdulillah hingga hari ini seperti itu. Solat lima waktu, berpuasa. Hanya saja kalau baca Alkuran ia baca yang terjemahan,”terang Ida.

29 Mei 1999 Ida memutuskan ikut Nils mengarungi rumah tangga di di Swedia. Di Swedia pasangan ini tinggal di kota Kviksund, dua jam perjalanan dari Stockholm. Pasangan ini sampai di Swedia saat negara itu sedang berlangsung musim panas. Kini pasangan ini tinggal bertiga, ditemani putra mereka Rizki Armandzo Berglund

Banyak hal yang berbeda saat Ida berada di tempat baru. Salah satu yang paling membuatnya pusing adalah persoalan bahasa. “Tapi saya harus total. 3 minggu di Swedia saya kursus bahasa Swedia,”terangnya.

Baca Juga:   Virus Corona Pada Peliharaan, Ini Penjelasannya

Di tempat kediamannya yang baru, Ida tetap menerapkan kebiasaan sehari-harinya seperti di Indonesia. “Karena saya sudah jadi seorang isteri, saya masak. Membersihkan rumah. Di sana tidak ada pembantu. Kita harus mengerjakan sendiri,”jelasnya.

Saat memasak sekalipun Ida menyiapkan makanan seperti layaknya di Indonesia. “Tetap makan nasi, dengan lauk seperti sambal, rendang dan lainnya. Bumbunya juga mudah ditemukan di supermarket. Yang sulit hanyalah daun-daunan seperti daun kunyit, daun salam. Itu yang tidak ada,”imbuhnya.

Nils menerima apa adanya yang dimasak Ida, meskipun berbeda dengan kehidupannya selama ini. Hingga hari ini seperti itu. Lama berdiam di rumah membuat Ida jenuh. Ida mengutarakan niatnya untuk bekerja. Nils menyambut baik, yang penting isterinya bisa bahagia dan betah tinggal di Swedia.

Persoalan bahasa memberi dilema saat dirinya melamar pekerjaan. Terakhirnya ia diterima sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta di kota kecil Kvicksund. Pekerjaannya itu dilakoni Ida hingga hari ini.

Jual rendang

Wanita yang sekilas wajahnya mirip artis Anggun C Sasmi ini mengakui dirinya orang yang tidak bisa berdiam diri. Darah dagang dalam dirinya selalu bergolak ketika melihat suatu peluang usaha. Penciuman dan naluri bisnisnya cukup tajam.

Tiap 17 Agustus pihak KBRI di Swedia menyelenggarakan bazar. Warga Indonesia yang tinggal di Swedia diperbolehkan berjualan di tempat bazar. Ida tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Baca Juga:   Apa Benar, Kuliah di Universitas Internasional Dinilai Punya Nilai Lebih untuk Karier

Dirinya pun membuka stan menjual nasi Padang plus lauknya. Ia menyediakan beberapa makanan khas Indonesia, mulai dari rendang daging, soto dan lainnya. Tak disangka sambutan warga luas biasa. “Rendang saya habis hingga 10 kilo perhari,”kenangnya.

Gara-gara sambutan market yang lumayan besar, pernah terbersit di pikirannya untuk berjualan nasi padang di tempat tinggalnya. Tapi karena rumitnya perizinan, niatnya pun diurungkan. “Terakhirnya saya jualan dengan sistem pesanan. Itu saya lakukan hingga hari ini,”imbuhnya.

Pelajari agama

Wanita berjibab ini berpendapat agama itu harus dipelajari. Berada di Swedia dengan lingkungan baru, juga Nils yang dengan agamanya yang baru diperlukan cara bijak dalam beradaptasi.

“Saya bersyukur, dapat suami yang baik. Sungguh saya merasa beruntung. Alhamdulillah,”ujarnya. Pasangan ini mencari komunitas muslim. Di sini Ida mengikuti perkumpulan agama Islam mulai dari belajar agama hingga wirid. Nils turut ikut serta.

Apa yang membedakan sifat antara pria Asia dengan pria bule? Sejenak Ida berpikir: “Mereka lebih terbuka. Saya sih melihat ada hal-hal baru. Saya belajar banyak hal, mengenali banyak hal di luar dari kebiasaan selama ini.”ujarnya. (sit)