Scroll untuk baca artikel
Medan

Maksimalkan Keutamaan Jumat dengan Keberkahan Wakaf

×

Maksimalkan Keutamaan Jumat dengan Keberkahan Wakaf

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com|MEDAN- Sejak diumumkan kasus Covid-19 pertama hingga hari ini, penambahan jumlah masyarakat terinfeksi tidak kunjung turun.

Hal ini juga dibarengi dengan peningkatan jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah masyarakat miskin di Indonesia menjadi 26,42 juta orang.

Imam Teguh Saptono selaku Komisaris Global Wakaf Corporation mengatakan, salah satu penyebab bertambahnya masyarakat miskin di Indonesia adalah pemutusan hubungan kerja dan pendapatan pekerja harian yang merosot. Akibatnya, daya beli masyarakat semakin jatuh dan berimbas pada laju ekonomi.

“Kondisi yang penuh ketidakpastian ini membuat masyarakat menengah ke atas cenderung menahan konsumsi dengan mempertimbangkan kasus Covid-19 yang mengalami peningkatan,”katanya saat acara webinar, Jumat (21/8/2020).

Di saat masyarakat menengah ke atas menahan hartanya, para pelaku usaha kecil menunggu pembeli untuk memutar usahanya. Ketika roda perekonomian tidak berjalan sebagaimana mestinya, masyarakat dituntut untuk saling dukung dalam kondisi darurat dengan sedekah.

Baca Juga:   Pemko Medan Kolaborasi Benahi Sarana KCW

Pahala terbaik dan keberkahan tentunya menjadi hal yang paling diburu oleh umat Islam yang melaksanakan sedekah, apalagi sedekah jariah yang akan mengalirkan pahala meski ruh telah terpisah dan jasadnya.

“Oleh karenanya, sedekah jariah dapat mendatangkan kebaikan berlipat-lipat bila dilaksanakan di hari Jumat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Ketika anak Adam mati, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya,” ujarnya.

Menurut para ulama, sedekah jariyah dalam konteks hadis di atas, diarahkan kepada makna wakaf. Hal ini karena wakaf adalah satu-satunya bentuk sedekah yang dapat dimanfaatkan secara permanen oleh pihak penerimanya, sebab syariat memberi aturan agar benda yang diwakafkan dibekukan pokoknya; murni untuk dimanfaatkan oleh pihak yang diberi wakaf.

“Oleh sebab itu, wakaf termasuk amal ibadah yang paling mulia bagi kaum muslim karena pahala amalan ini bukan hanya dipetik ketika pewakaf masih hidup, tetapi juga tetap mengalir meskipun pewakaf telah meninggal dunia. Dengan pengelolaan wakaf secara produktif, maka penerima manfaat bisa lebih maksimal. Bertambah banyak orang yang memanfaatkannya, bertambah pula pahalanya,”katanya.

Baca Juga:   Dedy Aksyari Nasution ST Terpilih jadi Ketua Pansus Tatib DPRD Medan

Idealnya hasil dari aset wakaf produktif ini yang mendukung aset wakaf sosial berupa fasilitas publik. Seperti di masa kejayaan Baghdad pernah berdiri Rumah Sakit Al-Adudi.

“Di sana ceritanya satu rumah sakit itu di-backup oleh one village land of agriculture. Jadi satu rumah sakit itu di-backup oleh satu hamparan pertanian. Apa yang bisa dibuat oleh rumah sakit saat itu? Satu, tidak perlu membership. Dua, siapa yang sakit tidak ada biaya sedikit pun. Warga negara, bukan warga negara, ataupun musafir. Dan apabila mereka sembuh lalu ketahuan mereka prasejahtera, maka diberikan modal untuk berusaha,” ujarnya.

Bicara soal wakaf yang lumrahnya diketahui oleh masyarakat sebagai aset tak bergerak seperti masjid, kini diperkenalkan juga dalam bentuk uang atau tunai.

Baca Juga:   Ini Dia Pengurus Baru DPD Gerindra Sumut, Aulia Rachman Sekretaris dan Ayin Jadi Bendahara

“Model wakaf ini baru dipraktikkan sejak awal abad kedua Hijriaah. Imam az Zuhri (wafat 124 H), salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al-hadits, memfatwakan, dianjurkan wakaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam,”katanya.

Sederhananya praktik wakaf uang adalah dengan menyalurkan kas wakaf, baik individu maupun kolektif, kepada aktivitas-aktivitas bisnis. Keuntungan tersebut kemudian digunakan kepada segala sesuatu yang bermanfaat secara sosial keagamaan.

“Karena itu patut bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak untuk berkontemplasi (muhasabah), menaikkan kualitas ibadah kepada Allah, memperbaiki hubungan sosial, serta memperbanyak amal-amal sunnah lainnya,”katanya.

Keutamaan hari Jumat yang beragam, juga bisa menjadi momentum yang tepat bagi kita untuk memaksimalkan dalam membantu sosial di tengah ancaman resesi.(MS11)