mediasumutku.com| MEDAN- Pada masa Covid -19 ini, media mengalami tekanan yang cukup berat. Media kini masih disibukkan oleh perampingan manajemen, PHK karyawan dan sebagainya. Selain itu, berhadapan dengan masalah survival dalam krisis ekonomi yang paling buruk dalam sejarah pers.
Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers, Agus Sudibyo mengatakan, kondisi ini membuat semakin menipisnya daya hidup pers nasional
“Disrupsi digital yang dihadapi media massa, antaralain terkait iklan. Dimana, Google, Facebook menguasai 75-80 persen dari total belanja iklan digital nasional. Sedangkan media massa hanya mendapatkan sisanya. Selain itu, readership dan oplah media terus menurun,” katanya dalam Webinar Peran Media di Tengah Kontraversi Vaksin Covid-19 di Masyarakat, Rabu (31/3/2021).
Karena itu, katanya, media massa harus mengikuti new equilibrium. Yaitu dengan melakukan diferensiasi produk antara media lama dan media baru. Menurut dia, masyarakat membutuhkan media lama dan media baru sesuai dengan karakter dan fungsi masing-masing.
“Makanya, jangan lagi menggarap berita-berita yang sudah digarap oleh media sosial. Masyarakat yang ingin mengetahui berita yang terverifikasi akan melihat media massa,” ujarnya.
Dikatakannya, banyaknya berita hoax saat ini menimbulkan kebingungan para pembaca. Biarkan media sosial, media masa jangan ikut-ikutan. Media masa harus bisa menyajikan sesuatu yang lebih bermartabat. Karena masyarakat nantinya akan jenuh dengan media sosial.(MS11)