mediasumutku.com | MEDAN – Tim futsal putri Sumatera Utara (Sumut) harus merelakan medali perunggu yang menjadi harapan terakhir di cabang olahraga (cabor) futsal Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Aceh 2024 melayang ke Papua Barat. Pada laga perebutan posisi tiga yang digelar di GOR Futsal Dispora Sumut, Jalan Williem Iskandar/Pancing, Medan, Minggu (8/9/2024), Sumut ditaklukkan Papua 2-6.
Pelatih Sumut, Bantuan Mandai menyampaikan mohon maaf kepada warga Sumut atas kekalahan ini. Ia menyebut, selain masa recovery yang sangat singkat, kekalahan timnya juga sedikit banyak dipicu kepemimpinan wasit yang buruk. Beberapa keputusannya sangat “aneh” hingga memancing emosi pemain.
“Terima kasih semua pelatih futsal putra putri di PON XXI Aceh-Sumut tahun 2024. Mohon maaf kami belum bisa memberikan medali. Kita dirugikan wasit saat melawan Papua Barat. Kami serasa tamu di rumah sendiri,” katanya usai laga.
Puncak dari ketidakbecusan wasit, imbuh Mandai, adalah pecahnya bentrok antar pemain dan ofisial.
“Dalam situasi chaos itu wasit cedera karena dipukul. Entah siapa yang melakukannya. Terlepas dari kepemimpinannya yang buruk dan membuat pertandingan jadi kacau, kami juga menyayangkan adanya pemukulan ini,” ujarnya.
Kapten Sumut, Junita, juga mengungkap kekesalan yang sama. Namun dia berupaya untuk tidak larut berlama-lama dalam kesedihan.
“Mohon maaf seluruh masyarakat Sumatera Utara. Mungkin Tuhan sudah mengatur rezeki di tempat lain. Kita telat panas, sehabis time out baru sedikit lebih enjoy, tapi sudah terlambat,” katanya.
Laga Sumut versus Papua Barat memang diwarnai banyak benturan, sejumlah aksi saling dorong antar, sampai insiden perkelahian dan penyerangan wasit. Sepanjang penyelenggaraan cabor futsal, laga ini bisa dibilang yang paling panas.
Pelatih Papua Barat, Sayan Karmadi mengakui laga ini penuh emosi dan karenanya sangat menguras energi. Papua Barat, imbuhnya, sedikit lebih diuntungkan lanraran mendapatkan jeda istirahat lebih panjang dari Sumut.
“Kita bersyukur hasilnya maksimal. Kami tahu Sumut masih lelah dan ini kita manfaatkan dengan baik. Kita tunggu mereka lengah untuk menyerang,” katanya seraya menambahkan sangat bersyukur karena dengan persiapan yang mepet mereka bisa membawa pulang medali.
“Mereka ini sebagian basic-nya sepak bola. Jadi kita kumpulkan mereka dalam 35 hari, dan dalam kurun ini sedikit banyak mereka bisa menyesuaikan diri. Kami tidak mengubah sepenuhnya karakter mereka (dari sepak bola ke futsal). Kami hanya ajari sistem defence dan set piece. Keuntungan kami, sepanjang masa persiapan banyak menggelar laga uji coba,” katanya.