mediasumutku.com|MEDAN- Rupiah yang pada sesi pertama mengalami penguatan hingga ke level 14.500, namun tidak dapat dipertahankan. Dimana, pada sesi kedua, rupiah terpaksa harus ditutup di level 14.560 per US Dolar. Kinerja mata uang rupiah berbalik menghadapi tekanan setelah sesaat dibuka, meskipun masih ditutup di zona hijau.
“Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi pada kinerja IHSG, terlihat menguat cukup tajam di sesi pembukaan. Namun, setelahnya langsung terpuruk dan ditutup di zona merah. Kinerja IHSG bahkan mengalami keterpurukan yang sangat dalam dimana IHSG anjlok 2.02% di level 5.238,49. Sentimen negative eksternal ditambah dengan penambahan jumlah kasus positif covid 19 di tanah air merubah ekspektasi pelaku pasar,” kata analis keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (31/8/2020).
Sementara itu katanya, data inflasi yang akan dirilis di awal September besok diyakini tidak akan menjadi sentiment penggerak pasar. Karena menurut hitungan saya inflasi yang terjadi besok ataupun deflasi itu angkanya tidak signifikan. Semua akan bergerak tipis dari realisasi sebelumnya.
“Justru yang perlu dikuatirkan adalah jika datanya menunjukan adanya deflasi. Deflasi yang terjadi di agustus justru semakin membuat pelaku pasar kuatir akan kemungkinan realisasi pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih buruk dari ekspektasi sebelumnya,”katanya.
Sejauh ini memang konsensus pasar itu berada di kontraksi dikisaran 2%. Namun jika dflasi terjadi lagi di bulan September, justru saya kuatir pertumbhan ekonomi dikuartal ketiga ini bisa lebih dari 3.3%.(MS11)