mediasumut.com | JAKARTA – Perdagangan Jumat (18/10), rupiah ditutup menguat 0,05% ke Rp 14.148 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya ada di level Rp 14.155 per dolar AS. Selama sepekan, rupiah melemah 0,07% dari posisi akhir pekan lalu yang menyentuh harga Rp 14.138 per dolar AS.
Berfluktuasi mata uang Indonesia pekan ini dinilai lebih disebabkan oleh ulah investor yang melakukan trading. Perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta keputusan final Brexit menjadi fokus utama penggerak kurs rupiah selama sepekan.
Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatatkan rupiah pada hari ini menguat 0,22% ke posisi Rp 14.140 per dolar AS. Sedangkan selama sepekan, rupiah di kurs tengah BI juga melemah 0,01% dari Rp 14.139 per dolar AS.
Menurut Ekonom Bank BCA David Sumual menyampaikan, sebetulnya pekan ini banyak perkembangan positif jika dibandingkan pekan lalu. Pertama, perundingan fase pertama antara AS-China memberikan hasil yang cukup baik, meski keduanya masih terus mempelajari kesepakatan yang hendak ditentukan. Khususnya China yang menyatakan akan mengevaluasi dan mempelajari klausul kesepakatan keduanya, tepatnya tentang produk pertanian AS.
Kedua, ada Brexit yang menunjukkan hasil soft Brexit. Sebelumnya, sulitnya titik temu pada kasus Brexit karena salah satu masalah utamanya adalah perbatasan Britania Raya dengan Irlandia.
“Memang dominasi pergerakan rupiah masih faktor eksternal, tapi pergerakan pekan ini lebih digerakkan oleh trading saja,” ujar David.
Trading tersebut banyak terjadi karena faktor kebutuhan investor terhadap impor ataupun kegiatan ekspor, serta sebatas kebutuhan transaksi.
David menambahkan meski pekan ini rupiah melemah dibandingkan pekan lalu, namun sentimen positif lebih banyak di pekan ini.
Ditambah lagi, berita dari Suriah mengenai Trump menarik pasukannya dari sana juga menjadi sentimen positif di global. Walaupun agak berdampak negatif pada dolar AS.
David juga menilai pelemahan rupiah pekan ini masih dalam taraf wajar dan mata uang garuda juga masih bergerak stagnan. Dari sisi domestik juga tidak ada yang membuat rupiah bisa bergerak signifikan. Pelaku pasar lebih banyak menunggu saat ini. Sebab, sepekan besok lebih banyak data yang keluar. Ada lagi potensi BI yang menurunkan suku bunga serta keberlanjutan bunga acuan The Fed.
Ditambah, pasar menunggu kelanjutan negosiasi AS-China. Sehingga, tidak ada pergerakan yang besar kepada rupiah di sepekan depan.
Dia memperkirakan pekan depan rupiah juga masih bergerak terbatas karena trading saja. Ia memproyeksi pekan depan rupiah berpotensi bergerak menguat tipis di kisaran Rp 14.120-Rp 14.180 per dolar AS.