Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Agustus 2019, 5.723 Warga Sumut Terinfeksi DBD dan 30 Meninggal

×

Agustus 2019, 5.723 Warga Sumut Terinfeksi DBD dan 30 Meninggal

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | MEDAN- Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) dari Januari hingga Agustus 2019, sebanyak 5.723 warga Sumut terinfeksi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Rinciannya, laki-laki 2.998 orang dan perempuan 2.725 orang. Dari jumlah tersebut, 30 orang meninggal dunia.

Kepala Dinkes Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan melalui Kepala Seksi Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2P) dr Yulia Maryani menyebutkan, 33 kabupaten/kota di Sumut dari Januari sampai Agustus yang tercatat terinfeksi DBD yaitu Kota Medan 839 terinfeksi meninggal 6 orang. Kemudian, Pematangsiantar sebanyak 171 orang terinfeksi meninggal 5 orang. Lalu, Binjai 237 orang, Tanjung Balai 108 orang, Tebing Tinggi 389 orang, Sibolga 119 orang, Padangsidimpuan 7 orang, serta Deli Serdang 1.056 orang dan meninggal 1 orang.

Baca Juga:   Wagubsu Berharap PLN Bisa Menerangi Nusantara Selama 24 Jam Terus Menerus
Selanjutnya, Langkat 444 orang meninggal 1 orang, Karo 156 orang meninggal 1 orang, Simalungun 481 orang meninggal 3 orang, Asahan 496 orang meninggal 4 orang, Labuhanbatu 39 orang meninggal 3 orang, Tapanuli Utara 27 orang.

Berikutnya, Tapanuli Tengah 73 orang, Tapanuli Selatan 11 orang, Nias 24 orang, Dairi 165 orang, Toba Samosir 68 orang, Madina 15 orang meninggal 1 orang, Nias Selatan 14 orang meninggal 14 orang, Pakpak Barat 26 orang, Humbahas 5 orang, Samosir 110 orang, serta Sergai 158 orang meninggal 1 orang.

Terakhir, Batubara 180 orang meninggal 2 orang, Padanglawas 4 orang, Labura 133 orang meninggal 1 orang, Nias Utara 7 orang, Nias Barat 10 orang, dan Gunung Sitoli 151 orang.

Baca Juga:   Polres Sergai Giat Bhakti Sosial Dan Kesehatan Kepada Pengguna Jalan

“Dari jumlah semua penderita ini, rata-rata usianya kurang dari 1 tahun sampai di atas 44 tahun. Beberapa daerah seperti Deli serdang dan Asahan tertinggi, karena upaya pencegahan terhadap DBD kurang. Sebab, gerakan 1 rumah 1 Jumantik (Juru Pemantau Jentik) belum berjalan, adanya persepsi dalam masyarakat bahwa penyelesaian DBD hanya dengan fogging hingga lokasi penduduk padat,” ujarnya, Jumat (1/11/2019).

Kaya Yulia, sampai saat ini pihaknya terus melakukan program Jumantik. Dalam program ini, orang yang diberi tugas untuk memantau jentik nyamuk dari rumah ke rumah.

“Selain program jumantik, Dinkes Sumut terus menyebarkan informasi waspada DBD terhadap lintas program dan lintas sektor serta stakeholder daerah,” ucapnya.
Lebih lanjut Yulia mengatakan, survei faktor risiko DBD juga terus dilakukan di beberapa kabupaten/kota dengan tujuan mengetahui faktor risiko yang ada di daerah. Tak sampai di sana, pertemuan tata laksana kasus DBD di beberapa kabupaten/kota dengan tujuan penegasan kembali bagi petugas pelayanan kesehatan tentang SOP tata laksana kasus DBD sesuai Peraturan Menteri Kesehatan.

Baca Juga:   Sumut Antisipasi Lonjakan Covid-19 Varian Omicron

“Kita juga mengkoordinasikan Gerakan 1 rumah 1 Jumantik (G1R1J) di beberapa kabupaten/kota dengan tujuan terbentuknya SK Jumantik tingkat kabupaten/kota, dan tersusunnya tim dan terlaksananya G1R1J. Selain itu, penyelidikan epidemiologi terhadap kasus yang ditemukan serta pendistribusian logistik DBD,” pungkasnya. (wiwin)