MEDAN– Kementerian Perdagangan terus mengupayakan produk andaliman sebagai produk unggulan ekspor Indonesia agar dapat bersaing di pasar global.
Sejumlah strategi disusun sehingga ekspor andaliman ke mancanegara dapat meningkat dan kinerja perdagangan Indonesia semakin baik. Strategi tersebut dibahas pada seminar web (webinar) seri keempat yang mengusung tema “Strategi Pemasaran Produk Andaliman”.
Sebelumya, Kemendag telah menggelar webinar serupa dengan tema “Pengembangan Produk Andaliman untuk Ekspor” pada 30 Juli 2021 dan “Branding Andaliman sebagai rempah khas Indonesia” pada 16 Juli 2021, serta “Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Produk Andaliman” pada 2 Juli 2021.
Hadir sebagai narasumber yaitu Atase Perdagangan KBRI Berlin Nurlisa Arfani dan Konjen RI Marseille pada 2018–2020 Asianto Sinambela.
“Webinar ini ingin mengetahui strategi pemasaran yang tepat dan efektif dalam memasarkan produk andaliman untuk pasar domestik maupun internasional, serta mengetahui peluang, tantangan, dan hambatan dalam menerapkan strategi tersebut,” ungkap Plt. Direktur Pengembangan Produk Ekspor Marolop Nainggolan, Jumat (27/8/2021).
Menurut Marolop, andaliman memiliki keunikan dan kekhasan sendiri yang dapat dikembangkan agar berdaya saing dan memicu peningkatan ekspor.
“Untuk itu, strategi pemasaran yang tepat diperlukan untuk menempatkan posisi andaliman sebagai produk potensial di pasar ekspor dan memiliki nilai ekspor yang menjanjikan,“ jelasnya.
Pada webinar tersebut, Atase Perdagangan KBRI Berlin Nurlisa Arfani memaparkan potensi pasar Jerman yang menjanjikan bagi produk andaliman Indonesia.
“Peluang ekspor terbuka karena Jerman memberi perhatian khusus pada 100% produk natural yang menggunakan organik bio sehingga produk dengan komponen tersebut lebih mudah masuk dan diterima di pasar Jerman.
Selain itu, kebutuhan Jerman terhadap andaliman cukup tinggi yaitu 3—4 ton per tahun (niche market) dari sekitar 30,000 ton kebutuhan terhadap lada,” terangnya.
Namun, Nurlisa menekankan, peluang pasar ekspor di Jerman bisa dimanfaatkan jika produsen/pelaku usaha dapat meningkatkan dan menjaga kualitas melalui pengendalian mutu.
“Pengendalian mutu perlu dilakukan dimulai dari panen, pengeringan, pembersihan, sortir, pergudangan, dan pengiriman,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, produk andaliman bisa lebih berdaya saing jika produsen/eksportir dapat menekan biaya logistik dan biaya pengolahan pascapanen sehingga harganya lebih kompetitif.
Strategi lain yang disampaikan Nurlisa, yaitu dengan melakukan berbagai promosi untuk memperluas pasar ekspor andaliman di kawasan Uni Eropa.
“Salah satunya dengan memperkenalkan berbagai jenis makanan dan minuman khas Jerman dan khas Indonesia yang menggunakan andaliman,” imbuhnya.(MS11)