Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Tingkatkan Pendapatan, Dosen UMSU Bantu Masyarakat Percut Mengolah Cumi Menjadi Abon

×

Tingkatkan Pendapatan, Dosen UMSU Bantu Masyarakat Percut Mengolah Cumi Menjadi Abon

Sebarkan artikel ini

MEDAN- Pendapatan nelayan di desa Percut dalam pemasaran dan pengolahan hasil tangkapan ikan dan cumi-cumi belum memadai. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan nelayan dalam memaksimalkan hasil tangkapan menjadi salah satu penyebabnya .

Hal itu menjadi alasan dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) melatih warga di Percut Seituan, Deli Serdang dalam mengelola cumi-cumi mejadi abon.

“Pengolahan produk cumi-cumi menjadi abon merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan, dikarenakan produksi dari tangkapan nelayan terutama cumi-cumi cukup melimpah sehingga, diharapkan nantinya dengan teknologi pengolahan abon cumi ini dapat meningkatkan produksi,” kata dosen UMSU, Yunita Pane didampingi dosen lainnya, Dr.Mohd.Yusri, dan Dr. Widia Astuty, Sabtu (30/10/2021).

Dikatakannya, sebagai langkah awal untuk menciptakan prakondisi reorientasi kebijakan tersebut, maka salah satu untuk penyelamatan wilayah pesisir adalah dengan memanfaatkan hasil dari laut salah satunya. Sehingga, nantinya akan bisa membantu perekonomian masyarakat nelayan dengan adanya upaya pengolahan yang baik dari pemanfaatan hasil nelayan di laut.

Baca Juga:   DPM UMI Medan Minta Rektorat Aktifkan Kembali UKM di Lingkungan Kampus

Salah satu yang akan di kelola dan diberikan contoh nelayan adalah dengan cumi–cumi, yang mana cumi sangat mudah dan banyak didapatkan oleh nelayan di laut yaitu dengan penjaringan sehingga hasil yang diperoleh sangat banyak sekali.

“Cumi-cumi juga mengandung mineral penting yaitu natrium, kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan selenium, serta vitamin B1, B2, B12. Salah satu hasil olahan tersebut adalah abon. Bagi masyarakat kita, abon bukan merupakan produk yang tak asing,”ujarnya.

Abon dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat merupakan jenis lauk pauk kering berbentuk khas dengan bahan baku pokok berupa cumi.

Pengolahan abon kata Yunita, bisa dilakukan dengan cara direbus, dicabik-cabik, dibumbui, digoreng, dipres. Abon yang terbuat dari daging atau ikan tertentu cukup tinggi, namun peminatnya tetap banyak. Proses pembuatan abon belum dibakukan, karena banyak cara dan bumbu yang ditambahkan sehingga terdapat variasi macam dan jumlah bumbu yang digunakan.

Baca Juga:   Dies Natalies, SMK Assyfa Kisaran Berikan Siswa Paket Internet dan Masker

“Hal ini menyebabkan kualitas abon beraneka ragam terutama dalam hal rasa dan warna. Prinsip pembuatan abon adalah perebusan daging, penyeratan, pencampuran bumbu, gula merah, garam dan penggorengan minyak sampai kering,” jelasnya.

Pembuatan abon mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai industri kecil atau industri rumah tangga, karena dari segi teknologi proses pembuatan abon relative mudah. Modal yang diperlukan relative kecil. Selain itu, dari segi pemasaran abon menjanjikan keuntungan yang relative stabil karena sudah lama dikenal dan digemari oleh semua golongan masyarakat Indonesia.

Abon cumi dapat digunakan sebagai alternatif lain dalam penyajian, selain karena praktis, juga rasanya disukai karena ditambahkan bumbu-bumbu. Abon cumi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif penganekaragaman produk olahan utamnya untuk bahan pangan yang kurang diminati. Pembuatan abon cumi lebih mudah dan dapat dijadikan home industry maupun industry besar sehingga mampu meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat nelayan.

Baca Juga:   Universitas Asahan Wisuda 397 Sarjana, Diharapkan jadi Insan Kreatif dan Inovatif

“Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging sapi, kerbau, ataupun ikan laut yang disuwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng,”ujarnya.

Pengolahan produk cumi-cumi menjadi abon merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan , dikarenakan produksi dari tangkapan nelayan terutama cumi-cumi cukup melimpah sehingga diharapkan nantinya dengan teknologi pengolahan abon cumi ini dapat meningkatkan produksi.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini diawali dengan diskusi dan praktek pengolahan cumi menjadi abon. Hasil kegiatan ini antara lain pelatihan pembuatan cumi menjadi abon, mendesain kemasan dan teknik pemasaran yang telah dilaksanakan bersama Mitra.

“Sehingga, para istri-istri nelayan di Desa Percut Kabupaten Deli Serdang sudah mampu membuat abon cumi sendiri dan telah mengetahui teknik manjemen dan pemasaran baik secara online maupun tidak,” ujanya.(MS11)