mediasumutku.com | JAKARTA – Perdagangan Rabu (15/1) kemarin kurs rupiah terpantau melemah. Pada awal perdagangan rupiah bergerak melemah dan menyentuh level terendah intraday di level Rp 13.720 per dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut melemahnya rupiah kemudian tertolong oleh keluarnya data neraca perdagangan. Berkat rilis data tersebut, rupiah cenderung menguat dan ditutup melemah tipis 0,11% ke level Rp 13.695 per dolar AS.
“Neraca perdagangan bulan Desember 2019 tercatat defisit US$ 28,2 juta, angka ini menyusut jauh bila dibandingkan November yang defisitnya mencapai US$ 1,39 miliar. Inilah yang kemudian mengangkat performa rupiah,” ujar Josua kepada Kontan.co.id.
Hal senada Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto menyebut kinerja perdagangan yang membaik kemudian disambut positif oleh pelaku pasar. Oleh karena itu ia memproyeksikan rupiah bisa bergerak menguat ke level Rp 13.500-Rp 13.750 sepanjang pekan ini.
“Defisit perdagangan di 2019 lalu sebesar US$ 3,2 miliar, jauh lebih rendah dari 2018 yang mencapai US$ 8,9 miliar. Semoga saja bisa konsisten sepanjang tahun ini sehingga pada akhirnya bisa menurunkan defisit di 2020 ini, bahkan kalau bisa hingga surplus,” jelas Ryan.
Sementara Josua justru memperkirakan rupiah akan kembali melemah tipis pada perdagangan esok hari. Dia menilai saat ini sentimen yang terbangun di pasar mengenai kelanjutan perang dagang AS-China cenderung melemahkan mata uang garuda.
“Sentimen yang sudah terbangun pada hari ini setelah adanya laporan bahwa tarif impor China tidak akan berubah hingga November mendatang setelah pemilu AS. Meskipun, pelemahan ini cenderung tidak terlalu signifikan,” terang Josua
Oleh karena itu Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.675–Rp 13.750 per dolar AS.