JAKARTA-Memasuki musim kemarau panjang, Kementerian Pertanian RI melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian telah melakukan beberapa upaya untuk mengantisipasinya. Hal itu disampaikan Direktur Irigasi Pertanian Ditjen PSP Rahmanto dalam wawancara khusus di channel Tale Trias Info dengan host Erman Tale Daulay, Senin (7/5/2023).
Menurut Rahmanto, sebenarnya beberapa daerah sudah mulai memasuki bulan kemarau, tapi nanti puncaknya itu sekitar bulan Juli sampai Agustus. Karena, seluruh Indonesia ini secara bertahap akan mengalami musim kemarau dan di bulan Juli – Agustus sudah mencapai 70 persen wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.
“Kerena prediksi akan terjadi kemarau panjang, Kementan akan melakukan langkah-langkah antisipasi. Yang pertama adalah memetakan daerah-daerah mana yang mengalami kemarau panjang, kemudian sejauh mana tingkat kemaraunya, intensitas hujannya berapa lama waktunya. Tentunya untuk data ini kita harus gandeng BMKG, dengan data ini kita akan menentukan daerah yang merah, kuning dan hijau,” kata Rahmanto.
Untuk daerah yang merah ini, lanjutnya harus diantisipasi. Kalau memang disana masih tersedia air, sekarang ini airnya itu kita manfaatkan dan lakukan percepatan tanam. Sehingga nanti pas pada bulan Agustus sudah siap menghadapi kemarau panjang. Kita harapkan, kalau saat ini masih ada ketersediaan air kita sarankan agar segera melakukan percepatan penanaman.
“Sehingga nanti pada saat bulan Juli ketersediaan air semakin menipis, maka langkah yang dilakukan adalah pompanisasi, kekurangan air disedot menggunakan pompa dan dialirkan ke sawah,” tandasnya.
Kemudian, kita juga ada kegiatan sedia embung, dimana embung pertanian ini berfungsi menampung air. Sekarang, beberapa daerah masih ada hujan, air hujannya ditampung di embung itu dan airnya bisa digunakan pada saat bulan Juli atau Agustus.
“Sejak tahun 2020 sampai 2022 ada sekitar 1500 embung yang sudah kita buat khususnya di pusat-pusat produksi. Harapannya, dengan sistem embung ini bisa membantu ketersediaan air pada saat musim kemarau,” tandasnya.
Untuk daerah lain, lanjut Rahmanto Kementan sudah menyediakan ada sekitar 1900 pompa di tahun 2023, kemudian untuk tahun kemarin (2022) kita ada menyediakan irigasi pompa itu sekitar 1500-an sudah dibangun. Dengan adanya irigasi pompa ini nantinya akan dipadukan dimana perpompaan akan mengambil air dari sumber air (kolam atau sungai) untuk irigasi pertanian.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, tambahnya untuk mengantisipasi musim kemarau panjang sesuai dengan yang telah diprediksi akan terjadi di bulan Juli dan Agustus nantinya akan disesuaikan. Yang jelas, kita masih memiliki tampungan air seperti embung.
“Kalau memang satu daerah itu tidak mencukupi kebutuhan airnya sampai bulan Agustus nanti, maka akan dilakukan alih komoditas dari tanaman padi ke tanaman jagung atau sayuran atau kedelai yang hemat air. Jadi harus kita petakan dengan baik dan kita hitung, dan kita edukasi masyarakat supaya bisa beradaptasi dengan kondisi cuaca,” tandasnya.