Terkenang masa budi daya pangan saat pandemi covid memuncak. Berbagai resiko ditempuh Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) demi tersedianya pangan untuk rakyat. SYL mencurahkan segala perhatian dan mengerahkan segala daya. Indoneia pun bisa survive.
Dalam podcast Bincang Tipis-Tipis di kanal youtube Tale Trias Info dengn dipandu Erman Tale Daulay, belum lama ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyebut, petani adalah golongan masyarakat yang patut diberi keberpihakan dan ucapan terima kasih mendalam atas kegigihan mereka menjaga ketahanan pangan nasional, termasuk di era pandemi Covid-19 yang lalu.
Kementerian Pertanian (Kementan) atas komando Mentan SYL senantiasa selalu berupaya agar para petani Indonesia mengalami kemakmuran lewat berbagai program dan kebijakan.
Sehingga, budi daya pangan di sektor pertanian di era pandemi covid tetap mampu berjalan. Pertanian menjadi salah satu sektor yang sangat strategis, sangat dalam, sangat kompleks dan sangat luas yang bisa ‘survived’ di tengah ancaman pandemi Covid-19.
Kalau rumah yang bocor, kita bisa menunda untuk menambal titik kebocoran tersebut. Tapi kalau soal makan itu bermasalah jika ditunda, tak ada orang yang bisa sembunyi dalam rumahnya berhari-hari tanpa makanan.
Karena itu, dalam kondisi yang sangat kritis pun, dimana Covid mengancam dunia secara luar biasa, orang bisa mati di rumahnya, sektor pertanian tidak bisa diam dan bersikap pasrah saja. Dengan segala resiko, petani harus tetap bercocok tanam. Pertanian sejatinya sangat dinamis.
Memang menurut Mentan SYL petani jangan terlalu dimanjakan dengan bantuan. Namun bahwa mereka harus didampingi dan diberi asistensi sangatlah penting. Pertanian itu harus dikawal mulai dari tahap pertanaman hingga budidaya. Tapi tidak sampai di situ saja.
Kita harus jaga bagaimana mereka memasrkan semua hasil tanamannya menjadi industri dan pengolahan. Kita harus dorong pengolahan. Marketnya harus dijaga. Jangan berpikiran mau import import terus. Import tidak haram tetapi sepanjang masih bisa ditanam di sini, tidak usah import.
“Kalau dari menteri nya hingga para direktur nya pada ngumpet, pertanian jadi apa? Pertanian menjadi tidak semangat. Jika petani tidak menanam dan berbudidaya, kita bisa makan apa?” kata Mentan SYL retoris.
Karena itu, lanjut Mentan, dengan sebuah tekad berjuang untuk rakyat, pemerintah hadir dan berpihak kepada petani dan ingin dalam kondisi apapun hari besok pangan harus tersedia, jangan sampai ada yang kelaparan. Itu sebuah tekad besar dari Kementan bukan hanya menterinya.
Mentan SYL mengapresiasi seluruh jajaran struktural Kementan yang mau turun ke lapangan dan para gubernur dan bupati/walikota pun ikut turun. Akibatnya, para petani tetap di lapangan.
Hasilnya? Indonesia termasuk negara dalam papan teratas yang bisa survive dalam pandemi covid, dengan tingkat inflasi terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang naik. Data BPS mencatat, pertanian menjadi bantalan ekonomi Indonesia.
Tiga tahun lamanya Indonesia tidak mengimpor beras. Saatnya negara menghargai keringat para petani karena mampu menjaga kekokohan negara.
“Betapapun hebatnya Menteri, Sekjen, Dirjen namun petani tidak sejahtera, sama saja tidak ada manfaatnya. Harus seimbang,” kata Mentan SYL tegas.
Bila pertanian dan petani bisa dimakmurkan berarti memakmurkan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Makanya Kementan memaksimalisasi mulai dari program smart farming, mekanisasi pertanian, hingga pengerahan Alsintan, dan lain-lain
Terkenang masa budidaya pangan saat pandemi memuncak. Berbagai risiko ditempuh Mentan SYL demi tersedianya pangan untuk rakyat.