mediasumutku.com | JAKARTA – Di akhir tahun 2019, pergerakan rupiah terhadap dollar AS diprediksi bakal melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (26/12). Minimnya aktivitas di pasar keuangan global dinilai mampu menjadi sentimen positif bagi mata uang Garuda.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Senin (23/12) pukul 16.15 WIB, rupiah tercatat melemah tipis 0,01% ke level Rp 13.979 per dollar AS dari penutupan sebelumnya. Sebaliknya, kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau JISDOR, justru menguat 15 poin menjadi Rp 13.978 per dollar AS.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf menjelaskan dari sentimen domestik, belum ada sentimen kuat yang bisa menjadi penggerak mata uang garuda hingga akhir tahun. Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) bakal merilis data klaim pengangguran pada Kamis (26/12).
“Jika data tersebut mengalami penurunan, itu juga nggak akan berdampak besar bagi pergerakan rupiah. Itu karena, sekarang sudah masuk libur Natal dan Tahun Baru,” ungkap Deddy.
Selain itu, pasar menyambut positif rencana AS dan China untuk melakukan kesepakatan dagang di Januari 2020. Dengan berbagai sentimen tersebut, disertai berkurangnya aktivitas di pasar keuangan Deddy meyakini rupiah bakal melanjutkan penguatannya bahkan hingga awal 2020.
Di samping itu, pemakzulan yang dilakukan pada Presiden AS Donald Trump membuat pasar cenderung mulai mencermati dan berhati-hati.
Di sisi lain, kinerja tiga indeks Wall Street sempat menguat tinggi, sekaligus mencerminkan bahwa di awal Januari 2020 pasar cenderung mengincar aset-aset berisiko.
“Kondisi ini akan berdampak bagi emerging market (EM) termasuk Indonesia. Kalau dilihat potensinya, rupiah masih akan terjaga di bawah Rp 14.200 per dollar AS hingga awal tahun depan,” ujarnya.
Untuk perdagangan Kamis (26/12) Deddy memperkirakan pergerakan rupiah terhadap dollar AS masih akan melanjutkan menguat.
Adapun rentang pergerakan besok berada di kisaran Rp 13.960 per dollar AS hingga Rp 14.000 per dollar AS.