MediasumutI LANGKAT–Sumatera Utara (Sumut) memiliki banyak peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, termasuk peninggalan sejarah Kesultanan Langkat. Karena itu, Pemerintah Provini (Pemprov) Sumut sangat mengapresiasi setiap upaya pelestarian peninggalan sejarah.
Seperti acara ‘Dialog Sejarah Napak Tilas Kejayaan dan Keruntuhan Kesultanan Langkat’ yang digelar Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU), di Gedung Sekolah Tinggi Agama Islam Jam’iyah Mahmudiyah Tanjung Pura, Langkat, Sabtu (12/10).
Dialog sejarah tersebut diharapkan dapat menjadi sarana mentransfer informasi sejarah kepada generasi bangsa. Sehingga dapat memberi pemahaman dan meningkatkan rasa cinta generasi muda pada tanah air.
Apresiasi ini disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sabrina mewakili Gubernur Sumut Edy Rahmayadi saat membuka dialog sejarah tersebut. “Saya mengapresiasi dialog sejarah ini, Kesultanan Melayu Islam Langkat adalah salah satu dari berbagai ragam pemberi warna dalam sejarah Republik Indonesia, oleh sebab itu perlu menjadi perhatian kita semua, transfer informasi sejarah ini sangat penting bagi generasi masa sekarang,” katanya.
Selain itu, Dialog Sejarah tersebut juga diperlukan untuk membangkitkan idealisme kebangsaan dan persatuan. Serta memunculkan rasa kecintaan terhadap etika, adab, dan budaya Melayu Langkat sebagai warisan berharga.
Hal tersebut juga dapat menjadi pembelajaran agar kejadian pada masa lalu tidak terulang kembali. Terutama pada peristiwa revolusi sosial yang terjadi pada tahun 1946. “Sejarah Kesultanan Melayu, mulai dari pra republik hingga masa keruntuhannya perlu jadi perhatian kita, untuk mentransfer informasi sejarah kepada generasi saat ini,” katanya.
Kepada semua pihak terkait, mulai dari pemerintah kabupaten/kota hingga pemangku adat, diingatkan untuk terus saling bersinergi. Khususnya dalam hal revitalisasi dan pelestarian peninggalan sejarah Melayu. Dengan adanya pelestarian atau revitalisasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
“Pelestarian peninggalan sejarah diharapkan dapat tercipta kawasan wisata bernuansa budaya, sejarah, dan religi yang dapat pula menambah pendapatan asli daerah,” katanya.
Sultan Langkat Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj mengatakan sejarah harus ditulis di atas fakta bukan berdasarkan imajinasi maupun fiksi. Dialog sejarah tersebut merupakan momentum penting bagi masyarakat Langkat.
“Apalagi Langkat sudah memberikan kontribusi bagi Republik Indonesia. Karena itu, momen ini sangat penting sekali,” kata Sultan.
Direktur Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU) Azhari AM Sinik mengatakan dialog tersebut merupakan bagian dari upaya membangkitkan idealisme peradaban bangsa Melayu.
Untuk itu, diharapkan masyarakat serta tokoh Melayu dapat memanfaatkan momentum dialog sejarah tersebut guna membuat Langkat bangkit kembali. “Maka hari ini saya berharap, dalam momentum ini, kita bangkit, masyarakat dan tokoh-tokoh Melayu,” katanya.
Turut hadir Kadis Kabudayaan dan Pariwisata Sumut Ria N Telaumbanua, Kepala Balai Permukiman dan Perumahan Sumut Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Syafriel Tansier, Sejarawan Unimed Ichwan Azhari, Peneliti Sejarah Pendidikan Islam Indonesia UIN Sumut Muaz Tanjung, Dosen Sosial Politik UMSU Shohibul Anshor Siregar, Pengamat Politik Zulfirman.(Ril)