Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Dosen IKH Medan Berikan Penyuluhan Tentang Gangguan Menstruasi, Keputihan dan Anemia ke Remaja Putri

×

Dosen IKH Medan Berikan Penyuluhan Tentang Gangguan Menstruasi, Keputihan dan Anemia ke Remaja Putri

Sebarkan artikel ini

MEDAN-Dosen Institut Kesehatan helvetia (IKH) Medan melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Di SMK Swasta  PAB 8 Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Kegiatan Penyuluhan yang dilakukan merupakan salah satu bentuk dari Tri Dharma Perguruan tinggi dosen yang bemanfaat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat khusunya remaja mengenai gangguan menstruasi (disminorea), pentingnya menjaga kebersihan diri (personal hygiene) untuk mencegah terjadinya keputihan dan anemia pada remaja puteri.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat yang diketuai oleh Bidan Dian Zuiatna, SST., M.Kes., Bidan Suyanti Suwardi , SST, M.Kes dan May Frinsiska Siahaan, M.Tr.Keb. serta beberapa mahasiswa dari Prodi S1 Kebidanan dan Prodi Profesi Bidan Institut Kesehatan Helvetia Medan. Kegiatan Pengabdian Masyarakat berupa penyuluhan kesehatan dengan tema “Gangguan Menstruasi (Disminorea), Keputihan dan Anemia Pada Remaja Puteri”.

Baca Juga:   Musa Rajekshah Serahkan Dua Unit Ambulans dan Satu Mobil Usaha Gratis

Kegiatan yang dilaksanakan sejak pukul 09.30 Wib ini dihadiri sekitar 55 orang. Kepala Sekolah SMK Swasta PAB 8 Sampali, Boiman S.Pd. yang membuka kegiatan tersebut menyambut baik kegiatan yang dilakukan. Dia berharap, kegiatan seperti ini dapat rutin dilakukan kedepannya dengan materi edukasi/penyuluhan yang lain.

Para remaja putri yang mengikuti kegiatan ini tampak antusias  dalam mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan terlihat dari banyaknya pertanyaan dan respon yang baik selama kegiatan berlangsung.

Bidan Dian Zuiatna, SST., M.Kes selaku ketua tim menjelaskan, menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting terutama bagi para remaja. Karena pada masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan terutama dalam menjaga kebersihan (personal hygiene), memahami mengenai gangguan haid (disminorea) dan dampak bagi kesehatan reproduksi jika mengalami anemia. Dengan memahami hal-hal tersebut akan menjadi aset sangat penting bagi remaja puteri dalam jangka panjang.

Baca Juga:   Dosen IKH Medan Berikan Penyuluhan Tentang Kurangi Resiko dan Jaga Kesejahteraan Remaja Dengan Hindari Pernikahan Dini

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang yang berusia 10 hingga 19 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sebenarnya sudah dimulai pada masa ini. Secara sederhana, reproduksi berasal dari kata “re” yang berarti kembali dan “produksi” yang artinya membuat atau menghasilkan.

Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut, seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim.

“Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah tersebut pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada remaja merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi,” jelasnya.

Baca Juga:   Danrem 033/WP Hadiri Rakor Perkuatan Langkah Antisipasi Covid-19 di Kepri

Dikatakannya, kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang sering terjadi karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa remaja.

Tim pengabdian masyarakat mengucapkan terima kasih atas kerjasama pihak sekolah dan partisipasi dari seluruh peserta sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar. (***)