Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
ArtikelHeadlineNasionalPerkebunan & PertanianTeknologi

Ghosiyatul Wahidah, Pelaku Usaha Tani Smart Farming Tanaman Paprika Punya Omzet Rp120 Juta Per Bulan

×

Ghosiyatul Wahidah, Pelaku Usaha Tani Smart Farming Tanaman Paprika Punya Omzet Rp120 Juta Per Bulan

Sebarkan artikel ini

PENERAPAN smart farming, petani tidak hanya perlu pintar dan ahli tapi juga cerdas dalam melihat peluang yang ada dengan sentuhan teknologi yang mumpuni.

Untuk mengupas penerapan smart farming tersebut, Bincang Tipis-Tipis Erman Tale Daulay dengan Ghosiyatul Wahidah selaku pelaku usaha tani smart farming tanaman paprika di Tutur, Pasuruan, Jawa Timur akan mengupasnya sampai tuntas.

Perbincangan diawali dengan penerapan digitalisasi dalam berbudidaya, Ghosiyatul Wahidah menyampaikan bahwa penerapan digitalisasi adalah pada sistem penyiraman. Dimana, salah satu contohnya adalah ketika suhu naik maka kita akan melakukan penyiraman secara otomatis dan sudah terpasang di setiap tanaman.

Bincang Tipis-Tipis Erman Tale Daulay dengan Ghosiyatul Wahidah selaku pelaku usaha tani smart farming tanaman paprika di Tutur, Pasuruan, Jawa Timur

“Jadi satu tanaman itu sudah mempunyai trip atau sistem irigasi tetes untuk masing-masing tanaman, begitu juga ketika suhu turun maka kita tidak melakukan penyiraman, bukan berarti satu hari itu kita tidak melakukan penyiraman, hanya saja mengurangi volume penyiraman ketika ada penurunan suhu. Ketika suhu di green house kita naik, maka volume penyiraman akan kita naikkan,” paparnya.

Baca Juga:   Tak Kunjung Terealisasi, Kades Pematang Sijonam Mengeluhkan Akses Jalan Desanya

Inilah yang dinamakan smart farming dengan menerapkan digitalisasi dalam usaha tani. Digitalisasi adalah salah satu komponen dari smart farming, tapi komponen yang lengkapnya itu dimulai dari orangnya dulu (SDM-nya) dibekali dengan ilmu pengetahuan dan bukan terjun langsung begitu saja.

“Polanya adalah bekali pengetahuan dulu, baru terjun ke pertaniannya. Terjun ke pertanian juga harus mengetahui benih apa yang harus saya tanam, ciri-ciri tanaman yang akan ditanam seperti apa, target yang akan kita capai dari pertanaman kita itu berapa. Untuk urusan benih harus yang benar-benar unggul,” tandasnya.

Karena, lanjutnya di pertanian itu kan ada target. Kita harus hitung dari mulai tanam sampai nanti panen dan peremajaan itu berapa kilo hasilnya per tanaman. Awal untuk menentukan target agar mendapatkan hasil yang baik adalah yang pertama kita lakukan adalah memilih benih yang unggul itu dulu.

“Contoh tanaman paprika yang saya tanam ini tidak semua paprika itu buahnya lebat, tapi ada jenis paprika yang buahnya lebat. Ada juga jenis bibit itu ternyata tidak cocok di tanam di daerah ini, tapi cocoknya pake benih yang ini. Intinya adalah, jangan sembarang memilih benih,” tegasnya.

Baca Juga:   Tahun Ajaran Baru 2020/2021, Edy Rahmayadi Belum Izinkan Belajar Tatap Muka

Itu tadi adalah urusan memilih benih, kata Ghosiyatul. Setelah benih tumbuh menjadi tanaman, maka perawatannya harus benar-benar. Karena tanaman itu tak jauh beda dengan manusia butuh nutrisi dan vitamin untuk proses pertumbuhannya. Jadi, komponen-komponen pupuk dalam racikan yang akan kita siramkan ke tanaman itu harus pas, dan ini juga satu hal yang penting dan perlu pengetahuan khusus untuk hal ini.

Setelah tanaman bertumbuh dan mulai menghasilkan, menurut Ghosiyatul tugas selanjutnya adalah menjalin kerjasama dengan pasar. “Kita harus mengetahui ke pasar mana hasil usaha tani kita dipasarkan. Kita bertani juga butuh kepastian pasar,” katanya.

Bila perlu, lanjutnya kita jalin kerja sama dengan bapak angkat yang siap menampung hasil usaha tani kita. Ini artinya pasarnya sudah jelas, kalau tidak jelas buat apa kita menanam tanaman tersebut.

Baca Juga:   Bincang Tipis Dengan Sekjen Gemira H Sudarto, Tekad Bulat GEMIRA Memenangkan Prabowo pada Pilpres 2024

“Dari tanaman paprika yang ditanam saat ini hasilnya mencapai Rp120 juta per bulan, dan permodalan KUR-nya sudah tembus Rp350 juta. Untuk memulai usaha tani green house farming ini awalnya kita menanam 2000 tanaman paprika dengan satu karyawan, kemudian 5000 tanaman dengan dua karyawan, dan sampai tahun 2023 ini kita sudah mempunyai 40 ribu tanaman dengan 25 karyawan,” katanya.

Terkait dengan campur tangan pemerintah dalam pengembangan usaha tani paprika milik Ghosiyatul, ia bergabung dalam program pemerintah menciptakan wira usaha muda, dan ia tergabung di program itu sejak tahun 2019 dan merasakan manfaatnya. Di program ini, Ghosiyatul mendapatkan pendampingan, pembinaan dan mendapatkan stimulus berupa hibah kompetitif di tahun 2021 sehingga bisa berkembang sampai hari ini.

“Kemudian dengan adanya KUR, saya bisa mengembangkan usaha tani menjadi lebih luas dan membantu orang lain untuk mendapatkan pekerjaan, saya merasa dengan usaha ini saya menjadi bermanfaat juga bagi orang lain,” pungkasnya.