mediasumutku.com| MEDAN- Harga kebutuhan pokok belakangan yang sulit turun sudah membuat banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menderita.
“Dari beberapa pedagang sayur matang, sarapan pagi, atau kuliner kaki lima secara langsung mempertanyakan kepada saya terkait kesulitannya tersebut. Dari beberapa masukan yang saya terima adalah kesulitan pedagang dalam mencari keuntungan,” kata Ketua Pemantau Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Minggu (7/2/2021)
Disebutkan Gunawan, dari pantauan dilapangan, harga sejumlah komoditas pangan memang mengalami kenaikan. Cabai merah sepekan terakhir berada di atas Rp 40.000 perkilogram.
“Bahkan, harga yang berada di atas Rp 40.000 sudah berlangsung cukup lama. Cabai rawit saat ini juga masih dikisaran Rp 60.000 perkilogram. Dan ekspektasi kita terkait dengan kemungkinan penurunan harga cabai meleset,”katanya.
Di akhir pekan sebelumnya, harga cabai sempat turun tajam. Namun, sayangnya penurunan tersebut berlangsung sesaat. Dari survey di sejumlah pedagang besar, mereka menyatakan pasokan cabai dari luar wilayah Suamtera Utara, khususnya Takengon Aceh mengalami penurunan.
Termasuk juga cabai dari Indrapura juga mengalami penurunan penjualan di wilayah Medan. Diduga pemicunya adalah permintaan dari pembeli di wilayah Riau dan sekitarnya.
“Selain itu, harga daging ayam juga sulit untuk turun yakni, dibawah Rp 33.000 perkilogram. Di tingkat pedagang pengecer harga daging ayam di kisaran Rp35.000 perkilogram. Ditambah lagi, harga sayur-sayuran yang juga mengalami kenaikan sangat tajam. Sawi putih, terong ungu, wortel, kol, kacang panjang, bayam, daun singkong dan sejumlah komoditas sayur-sayuran bertahan mahal,”katanya.
Kenaikanya bahkan ada yang mencapi 3 kali lipat dari harga normalnya. Ini yang menjadi kendala sejumlah pedagang kuliner kelas kecil ke bawah. Karena daya beli masyarakat itu belakangan juga belum mengalami pemulihan. Sehingga memberikan dampak pada penurunan keuntungan yang harus mereka dapatkan.
“Sementara, untuk kenaikan harga komoditas tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari sejumlah faktor. Mulai dari cuaca, kenaikan biaya produksi akibat bahan baku yang kian mahal, masalah gangguan distribusi akibat PPKM, bencana alam seperti banjir dan gunung meletus, yang pada dasarnya tidak terlepas dari pandemic covid 19,” pungkasnya.(MS11)