Mediasumutku.com | Saat ini masyarakat Tionghoa di Indonesia tengah merayakan Cap Go Meh. Cap Go Meh adalah rangkaian terakhir dari Perayaan Tahun Baru China. Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien yang jika diartikan memiliki arti 15 hari atau malam setelah Tahun Baru Imlek.
Tentunya terdapat beberapa sajian wajib yang biasanya dihidangkan dalam perayaan Cap Go Meh. Beberapa makanan tersebut makna tersendiri dan telah dipercaya secara turun temurun hingga saat ini. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ulasan singkatnya.
Kue Keranjang
Masyarakat Tionghoa membawa persembahan dalam bentuk kue keranjang untuk mengucapkan terima kasih dan memohon keselamatan. Orang-orang di zaman kuno percaya jika anak-anak tidak makan kue keranjang, mata mereka akan menjadi tebal. Alhasil, hingga kini tidak sedikit orang yang masih membawa persembahan keranjang saat merayakan Cap Go Meh.
Onde-onde
Tradisi memakan onde-onde memang melekat erat dengan Cap Go Meh. Kebiasan makan onde-onde ini dimulai sejak masa Dinasti Song pada 960-1279 Masehi. Masyarakat Tionghoa di China Utara menyebut tradisi ini dengan Yuanxiao, sementara masyarakat China Selatan menyebut tradisi ini dengan nama Tangyuan. Bentuk bulat dengan taburan wijen pada bagian luarnya membuat onde-onde dianggap sebagai makanan keberuntungan oleh masyarakat Tionghoa.
Jeruk
Masayarakat Tionghoa mempercayai bahwa jeruk adalah simbol kemakmuran. Oleh sebab itu buah yang satu ini termasuk ke dalam makanan yang wajib ada dalam perayaan Imlek atau Cap Go Meh.
Selain itu ada pula tradisi melempar jeruk yang berasal dari komunitas Hokkien yang dilakukan masyarakat China Selatan sejak abad ke-19. Tradisi ini dilakukan setiap wanita lajang dengan harapan pria yang tepat akan mengambil jeruk mereka.
Lontong Cap Go Meh
Sesuai dengan namanya, Lontong Cap Go Meh memang selalu disajikan dalam rangkaian terakhir Tahun Baru Imlek. Lontong Cap Go Meh adalah hidangan campuran yang diadaptasi dari masakan Jawa. Sejarahnya Lontong Cap Go Meh ketika pada abad ke-14 para imigran China dilarang membawa wanita.
Akhirnya mereka menikahi wanita Jawa Lokal sehingga menciptakan budaya Peranakan China-Jawa. Ketika mereka menetap di Jawa, orang Tionghoa tersebut sudah terbiasa dengan masakan tradisional buatan istri mereka.
Sejak saat itu Yuanxiao (Bola Nasi) tradisional diganti dengan lontong, kue beras lokal yang kemudia disajikan dengan berbagai hidangan Jawa. Lontong Cap Go Meh diyakini melambangkan asimilasi dua budaya, suasana meriah tahun baru dan simbol keberuntungan. MS9/0kz