KAWASAN wisata alam Pamah Semelir yang ada di Desa Telaga, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk mengasingkan diri sejenak dari aktivitas sehari-hari di kantor atau rutinitas lainnya di perkotaan. Tempat ini sangat pas bagi orang-orang yang tidak ingin diganggu saat menikmati indahnya pemandangan. Saat berada di Puncak Semelir yang dulunya disebut puncak ujung aspal (karena jalan yang di aspal hanya sampai puncak tersebut) ini kita bisa memandang hamparan sawah yang luas, kiri kanan masih terdapat hutan yang lestari.
Kenapa kawasan ini sangat tepat sebagai wisata untuk melupakan sejenak rutinitas sehari-hari? Karena di kawasan ini tidak ada sinyal alias blank spot. Jangan bangga dulu begitu sampai di puncak Semelir ini, kita bisa dengan happy melakukan foto selfie tapi tak bisa langsung update ke media sosial karena tak ada sinyal tadi.
“Kalau mau dapat sinyal dan bisa berkomunikasi, bisa membeli voucer internet ke kasir cafe yang ada di Puncak Pamah Semelir ini,” kata salah seorang pegawai cafe saat rombongan kami memesan makanan dan minuman.
Rombongan kami ke Pamah Semelir ini dikomandoi oleh Tokoh Masyarakat Sumut Dr. Parlindungan Purba yang baru saja mengikuti bakti sosial pengobatan gratis dan donor darah di Tanjung Pura, Langkat. Parlindungan Purba memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melihat langsung kawasan wisata Pamah Semelir karena ceriita dari masyarakat yang sudah menikmati kawasan wisata ini tapi mengeluh betapa sulitnya berkomunikasi dengan keluarga atau teman karena kawasan Pamah Semelir ini tidak ada jaringan komunikasi (tidak ada sinyal).
“Melihat potensi kawasan wisata ini saya sangat terkesan, pemandangannya tidak kalah menarik dengan kawasan wisata Berastagi, Karo. Kawasan ini juga menjadi sangat menarik karena sudah menjadi jalur alternatif dari Langkat ke Karo dan sebaiknya dari Karo ke Langkat. Hanya saja, pas berada di kawasan ini kita tidak bisa berkomunikasi karena blank spot,” kata Parlindungan Purba.
Menyikapi kondisi sulitnya berkomunikasi di kawasan ini, Parlindungan Purba meminta pemerintah dan pihak-pihak yang bersinggungan langsung dengan persoalan sinyal ini agar turun langsung melihat kondisi sesungguhnya dan mencarikan solusinya.
“Karena, kawasan wisata ini semakin ramai dikunjungi wisatawan dan menjadi kawasan wisata alternatif bagi pencinta susana alam dan pemandangan yang indah, ” tandasnya.
Dari perbincangan dengan pengunjung yang datang ke kawasan wisata ini menyampaikan bahwa Pamah Semelir tdak kalah menarik dengan Berastagi. Saat melakukan perjalanan ke Pamah Semelir dan setelah memasuki Desa Telaga, udaranya sudah terasa dingin. Kalau sore menjelang senja kabut turun membuat suasana di kawasan wisat ini semakin dingin.
Pemilik Semelir Cafe Ferdinan Sitepu menyampaikan bahwa tempat usahanya sekarang sudah ada beberapa tahun lalu, berawal dari pondok-pondok kecil, kemudian dibangun seperti yang sekarang dan kondisinya masih belum rampung secara keseluruhan.
“Makanannya enak-enak dan minumannya juga beragam. Jangan takut soal harga, masih sangat terjangkau,” kata Parlindungan Purba.
Pamah Semelir sebagai kawasan wisata menarik yang berada di jalur alternatif Langkat – Karo perlu mendapat perhatian dari pemerintah, terutama dalam hal ketersediaan tenaga listrik dan jaringan komunikasi.