mediasumutku.com| MEDAN- Jelang natal dan tahun baru 2021, hasil pengamatan dilapangan ada lima masalah yang timbul terkait stok dan harga pangan.
Diantaranya, kenaikan harga sejumlah bahan pokok, namun justru terjadi disaat dinas terkait maupun Bulog mengklaim pasokan tersedia dan aman.
“Nah, penelusuran yang saya lakukan menemukan beberapa masalah yang mungkin bisa jadi pertimbangan serius bagi Pemerintah maupun TPID,” kata Ketua Pemantau Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (19/12/2020).
Pertama, katanya, sebaiknya sudah mulai mengawasi ketersediaan stok. Khususnya mulai tanggal 24 hingga 28 Desember 2020.
“Dari hasil survey yang saya lakukan ke sejumlah pedagang maupun petani yang merayakan Natal. Pada tanggal tersebut banyak saudara kita yang kristiani lebih fokus beribadah (ke Gereja) ketimbang melakukan aktifitas lainnya termasuk aktifitas ekonomi,” sebutnya.
Petani di wilayah kabupaten karo, serta beberapa wilayah kabupaten lainnya juga demikian.
“Sumut banyak bergantung kebutuhan pokoknya dari saudara kita yang beragama Kristen. Jadi sebaiknya langkah antisipasi segera dilakukan agar tidak terjadi lonjakan harga yang tinggi. SIDAK dibutuhkan dan kalau bisa ada pedagang representatif seperti menghadirkan toko tani di sejumlah titik di kota besar khususnya Medan,” ujarnya.
Kedua, faktor cuaca masih akan menghantui jalur distribusi yang bisa kapan saja membuat harga bergerak naik. Cuaca bukan hanya membuat petani enggan turun keladang, atau membuat pedagang membuang bahan pangan yang busuk dikarenakan terkena hujan.
“Cuaca yang buruk juga kerap membuat tanah longsor atau pohon tumbang, yang sejauh pengamatan saya sampai saat ini masih kerap terjadi di wilayah menuju kabupaten karo dari medan,” ucapnya.
Ketiga, lanjutnya, karena fokus beribadah, pedagang yang beragama Kristen juga akan lebih banyak mengambil libur. Ini membuat harga bisa digerakan oleh sejumlah pedagang yang semakin sedikit. Jadi harga bisa saja naik sekalipun stok pada dasarnya cukup.
Keempat, perayaan Natal dan tahun baru bukan hanya membuat permintaan kebutuhan pokok meningkat di wilayah Sumut. Tapi, juha diluar Sumut.Wilayah langganan yang paling banyak membeli kebutuhan pokok dari SUMUT adalah Riau, Batam maupun Kepulauan Riau. Jadi tren permintaannya sangat tinggi.
“Kelima, bisa saja data stok tersebut memang akurasinya rendah dalam mengukur kebutuhan pangan masyarakat. Untuk ketersediaan data pangan yang tahan lama seperti beras, daging sapi beku, minyak goreng, gula pasir saya yakin stoknya bisa terukur dengan akurasi yang tinggi.
Tetapi, komoditas lainnya ini yang perlu mendapatkan perhatian serius. Terlebih jenis tanaman pangan hortikultura. Ketersediaan stok hortikultura sangat dipengaruhi oleh sejumlah variabel yang sulit diprediksikan. Tapi saya tetap mengkritik ketersediaan stok bahan tahan lama yang harganya sempat naik di sepekan terakhir.
“Jika pemerintah atau dinas terkait menyatakan stok aman tetapi harga tetap naik. Maka pertimbangan poin 1 hingga poin 4 tadi. Mungkin ada temuan masalah disitu. Jadi tidak cukup menyatakan bahwa stok aman. Tetapi pastikan juga bahwa stok yang aman tersebut juga terlihat dari harga yang stabil,” pungkasnya.(MS11)