Mediasumutku.comI SIANTAR-Jauh sebelum tren minuman bersoda ada di Indonesia, masyarakat Siantar sudah terlebih dahulu akrab dengan minuman yang akrab disapa Badak.
Meski mengadopsi nama salah satu hewan, tapi minuman ini tidak berkaitan sama sekali dengan Badak. Ia murni minuman minuman berkarbonasi yang sudah ada sejak tahun 1916 di Pematang Siantar.
Saat ini ada dua jenis minuman Badak yang bertahan, yaitu rasa sarsaparilla dan air soda. Mediasumutku.com berkesempatan mengunjungi pabrik minuman Badak. Berhubung hari libur, saya hanya berjumpa dengan Manager Pemasaran, Panggabean.
Minuman ini pertama sekali diproduksi oleh keluarga berkebangsaan Swiss Heinrich Surbeck. Ia mendirikan pabrik bernama NV Ijs Fabriek Siantar pada tahun 1916, kemudian diubah lagi menjadi PT Pabrik Es Siantar setelah berpindah kepemilikan. Mulanya, pabrik ini memproduksi minuman bersoda dan es batu. Alasannya, karena kondisi air yang bersih di Pematang Siantar kala itu cocok dibuat menjadi es batu.
Saat itu, nama cap Badak juga masih diperdebatkan. Namun latar belakang Surbeck sebagai sarjana teknik kimia sekaligus pecinta alam sepertinya menjadi alasan kuat.Konon dia juga seorang kolektor hewan kering dan tumbuhan, dan kala itu hewan badak tergolong langka.
Dalam perjalanannya, minuman bersoda milik Surbeck berkembang pesat. Bahkan ia melakukan inovasi dengan menciptakan berbagai varian rasa soda, mulai dari sarsaparila, anggur, dan jeruk. Panggabean mengisahkan, dari sekian banyak varian minuman cap Badak, rasa sarsaparila yang paling disuka karena keunikannya. Varian ini dibuat dari ekstrak tanaman herbal asal Meksiko, menghasilkan rasa lezat dan segar. Minuman ini dikemas dalam botol kaca transparan dengan tulisan ‘Badak’. Yang paling khas tentu saja gambar badak bercula satu yang terpampang di bagian tengah botol.
Berbagai cara orang menikmati minuman cap Badak. Yang paling klasik adalah diminum dingin dengan cara dituang ke gelas memakai es batu. Sementara cara minum yang nggak kalah ngetop adalah dengan cara ditambahkan susu kental manis dan es batu. Rasanya lezat dan segar, mirip dengan soda gembira. Itulah cara yang dilakukan oleh masyarakat umum, khusus nya Pematang Siantar untuk menikmati minuman cap Badak yang sudah melegenda.
Panggabean mengungkapkan, minuman badak hingga saat ini beredar di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sumatera, Aceh, Riau, PekanBaru.Dibanding masa lalu, diakuinya minuman Badak mengalami penurunan dibanding masa lalu. Penyebabnya adalah tersainginya dengan kehadiran minuman bersoda dari luar. “Tapi kami tetap masih memiliki pangsa pasar tersendiri hingga hari ini,”akunya. (sit)