mediasumutku.com| MEDAN- Data neraca dagang Indonesia yang membaik bukanlah menjadi kabar baik bagi perekonomian nasional. Data neraca dagang mencatatkan surplus dibulan September sebesar $2,44 Milyar. Realisasi angka yang cukup signifikan tersebut memang baik dalam menjaga mata uang rupiah. Akan tetapi, disisi lain justru menunjukan masalah pada perekonomian nasional.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, beberapa masalah yang mungkin sulit untuk dihadapi adalah, buruknya ekspektasi terkait pertumbuhan ekonomi kedepan seandainya terjadi surplus yang membuat arus investasi barang modal dan bahan baku produksi mengalami gangguan yang serius.
“Besaran surplus tersebut memberikan indikasi kuat bahwa ekonomi nasional belum akan mampu berakselerasi lebih baik di waktu yang akan datang. Sulit berharap kalau ekonomi akan tumbuh jika investasi yang tercermin dari perlambatan impor barang modal dan bahan baku terus terjadi. Karena impor tidak selamanya buruk,” katanya, Sabtu (17/10/2020).
Justru impor dari sudut pandang lainnya menunjukan adanya geliat ekonomi. Yang justru bisa menjadi harapan baik bagi perekonomian nasional. Khususnya ditengah masa pandemic seperti yang terjadi sekarang ini.
“Surplus neraca perdagangan memang akan membuat Bank Indonesia memiliki ruang yang lebih longgar dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Sementara kalau dari sisi akselerasi pertumbuhan ekonomi, justru surplus ini menjadi indikasi lain kurang baik bagi proses pemulilhan ekonomi nasional,” pungkasnya.
Resesi yang tengah dihadapi sekarang ini dipertegas dengan adanya surplus dari neraca dagang yang berkepanjangan. Indonesia membukukan surplus transaksi berjalan selama 5 bulan berturut turut. Jadi selama pandemic covid 19, aktifitas ekonomi terus melambat dan bahkan mencetak realisasi angka negatif.(MS11)