mediasumutku.com | MEDAN – Terompet tahun baru baru saja ditiup, sayup-sayup terdengar suara mercon dan kembang api…perlahan, kemeriahan Tahun Baru segera berlalu. Wabah pandemi Covid-19 masih jadi trending topik mengawali tahun ini. Peraturan pemerintah agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah sepertinya dianggap hanya angin lalu.
Berdasarkan pemberitaan di berbagai media disampaikan bahwa warga masyarakat menyerbu tempat-tempat wisata, pusat perbelanjaan dan kawasan wisata lainnya. Mereka seakan tak perduli dan menganggap wabah pandemi Covid-19 ini tidak pernah ada, padahal virus ini sudah sangat banyak merenggut korban jiwa. Sebagian dari masyarakat ada yang berkata bahwa virus ini hanya isu dan bukan wabah.
Anggapan seperti ini menandakan bahwa masyarakat kita sudah sangat sulit untuk mempercayai sesuatu hal kalau belum benar-benar menimpa dirinya sendiri. Kalau sudah begini akan sulit rasanya untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan masyarakat bahwa virus ini sangat berbahaya dan mematikan jika imun tubuh kita sangat lemah, apalagi bila seseorang itu memiliki penyakit penyerta
Penularan Covid-19 di Indonesia kian parah. Di awal tahun 2021, masyarakat Indonesia harus menghadapi kabar tak sedap. Dikutip dari Kompas.id, rekor rasio kasus positif (positivity rate) Covid-19 mencapai 29,46 persen pada Jumat (1/1/2021). Itu berarti 1 dari 3 orang yang diperiksa terkonfirmasi positif Covid-19.
Angka positivity rate itu didapat dari jumlah penambahan kasus yang sebanyak 8.072 dari pemeriksaan terhadap 27.401 orang.
Adapun dalam sepekan terakhir dari rata-rata 34.164 orang yag diperiksa ditemukan 7.310 kasus positif yang menunjukkan rasio kasus positif sebesar 21,4 persen.
”Positivity rate (rasio kasus positif) idealnya di bawah 5 persen. Kalau lebih dari 10 persen artinya situasi pandemi tidak terkendali akibat tes, lacak, dan isolasi tidak memadai. Kalau lebih dari 20 persen, artinya selain penyebaran tidak terkendali juga sudah terjadi outbreak besar. Sangat serius,” demikian disampaikan epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman.
Dicky mengatakan, saat ini banyak warga yang tertular, padahal sudah menerapkan protokol kesehatan dan tinggal di rumah.
Menurut dia, situasi ini terjadi di banyak negara lain, seperti di New York, Amerika Serikat, saat puncak gelombang pertama.
Studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan, penularan di dalam rumah bisa terjadi jika tingkat penularan sangat masif.
”Positivity rate di atas 20 persen artinya virusnya ada di mana-mana dan orang yang membawanya umumnya tidak menyadari telah terinfeksi,” kata Dicky.
Protokol Kesehatan
Kemungkinan penularan dengan tingginya rasio kasus positif bisa berasal dari anggota keluarga yang masih sering keluar rumah seperti anak-anak, pembantu, atau sopir.
Kemungkinan lain, ialah ketika sesekali keluar rumah, misalnya ke warung, atau ATM. Bahkan berdasarkan penelitian, penularan bisa terjadi di dalam elevator walaupun di sana tidak ada orang lain. Ada juga penularan melalui kamar mandi dan saluran limbah.
Dengan tingkat penularan seperti saat ini, setiap orang harus beranggapan bahwa orang lain di luar rumah telah membawa virus.
Protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) amat penting, tetapi itu tidak bisa memutus rantai penularan jika tidak didukung peningkatan tes, lacak, dan isolasi.
Tanpa ada langkah komprehensif ini, laju penularan dikhawatirkan akan terus meninggi sehingga menyebabkan rumah sakit tak lagi bisa menampung pasien.
Bahkan, tanda-tanda kolapsnya layanan kesehatan mulai terlihat saat ini dengan sulitnya pasien mendapatkan tempat perawatan, khususnya ruang perawatan intensif (ICU) untuk pasien Covid-19.
Irma Hidayana dari Lapor Covid-19 mengatakan, seiring penuhnya layanan rumah sakit untuk pasien Covid-19, timnya menerima banyak keluhan warga tentang sulitnya mencari ruangan perawatan.
”Kesulitan mencari tempat perawatan terutama di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” katanya.
Di DKI Jakarta, meskipun terdapat laman dari pemerintah daerah yang menyediakan informasi ketersediaan kamar di rumah sakit rujukan, akurasinya sering meleset.
”Beberapa kali di mana data di web menunjukkan bahwa kamar atau ICU masih tersedia, tetapi ketika kami hubungi, ternyata hampir semua penuh,” katanya.
Menahan Diri
Seperti disampaikan Anggota DPRD Sumut Drs. Parsaulian Tambunan, M.Pd penyebaran virus ini akan menjadi-jadi ketika kita semakin tidak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Selain itu, saat ini sangat banyak masyarakat kita yang kurang memiliki kesadaran akan arti pentingnya menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh.
“Dikhawatirkan, pasca libura Natal dan Tahun Baru 2021 ini, angka warga tertular Covid-19 bisa meningakat drastis karena tidak memperdulikan aturan pemerintah menerapkan protokol kesehatan,” katanya.
Pantauan di beberapa pusat perbelanjaan di Medan, termasuk restoran dan tempat wisata sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat. Masyarakat kita terkesan sudah tidak ada takutnya lagi dengan virus Corona ini.
“Kebijakan sekolah tatap muka yang awalnya akan digelar pada tanggal 4 Januari 2020, dikhawatirkan akan menjadi tempat berkerumunnya orang-orang. Menunda kegiatan belajar tatap muka sepertinya menjadi sebuah keputusan bijaksana agar virus ini tidak semakin meluas penyebarannya,” tandas Parsaulian Tambunan.
Tahun baru ini, ada baiknya kita semakin bijaksana dalam menyikapi wabah pandemi Covid-19 agar segera berakhir dari Kota Medan, Sumatera Utara, terlebih dari bumi Indonesia. Semoga kita semua disiplin dalam membentengi diri agar tidak sampai tertular virus ini. Selain menjalankan protokol kesehatan, kita juga harus bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah kalau tidak perlu.
(MS9)