mediasumutku.com | MEDAN – Menjamurnya keberadaan“manusia silver” yang akhirnya memakan korban jiwa bocah 10 tahun, yang terlindas truk di Jalan Amal Sunggal menjadi bukti lemahnya pengawasan yang dilakukan pemangku kepentingan, dalam hal ini pemerintah daerah.
Demikian disampaikan Sekretaris Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Padian Adi di Medan, Selasa (1/9/2020).
Menurut Padian Adi, jumlah “manusia silver” bertambah setiap bulannya. Hal itu menjadi bukti bahwa pemerintah, khususnya dinas sosial setempat tidak serius dalam mengelola masalah, khususnya pada anak.
“Sudah seharusnya “manusia silver” pada masa covid-19 berkurang bahkan hilang dari jalan raya bukan makin bertambah setiap hari. Bukan sebaliknya, pandemi covid-19 yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat tidak boleh menjadikan pemerintah seolah-olah membenarkan keberadaan anak-anak di jalanan untuk meminta-minta,” kata Padian Adi.
Menurutnya, fenomena “manusia silver” sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan anak. Bukan hanya eksploitasi, tapi juga merusak kesehatan anak-anak. Silver panas yang berasal dari cat besi atau cat lain yang merusak kulit dan bukan tidak mungkin bisa terhirup yang pada jangka panjang merusak saluran pernafasan.
“Manajemen pengawasan dan penertiban yang salah kelola, khususnya dinas sosial sebagai ujung tombak yang melihat ini kenapa lepas. Tentu semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat khususnya dinas sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dapat menangani masalah ini dengan serius, sebelum anak dijadikan manusia silver terus bertambah, semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” katanya. (MS9)