MEDAN– Kesejahteraan nelayan masih harus menjadi perhatian. Kemampuan nelayan mengakses permodalan dalam upaya meningkatkan ekonomi masih minim. Penggunaan alat tangkap dan edukasi akses perekonomian harus terus digenjot.
Danu Putra Anugrah dari tim Global Wakaf-ACT mengatakan, masih banyak nelayan tradisional di Desa Cinangka, Kabupaten Serang, menggunakan alat tangkap pancing. Dalam pengoperasiannya, pancing harus menggunakan umpan. Hal ini membuat nelayan harus mengeluarkan modal lebih untuk membeli atau mencari umpan berupa cumi atau udang.
“Pancing kan satu kail satu ikan kalau dapat, satu umpan satu ikan. Jadi diedukasi untuk beralih menggunakan alat tangkap jaring yang ramah lingkungan juga dilatih bagaimana cara menggunakannya, jadi pengoperasiannya tidak butuh modal lagi untuk umpan,” kata Danu, Selasa (24/8/2021).
Danu melanjutkan, selain penggunaan alat tangkap, nelayan juga terus diedukasi tentang koperasi. Dengan koperasi berbasis syariah, diharapkan nelayan dapat mengakses permodalan atau melakukan simpan pinjam, sehingga dapat memudahkan atau meningkatkan perekonomian.
“Basis koperasi itu ekonomi kerakyatan. Nelayan mempunyai perkumpulan, tetapi bukan koperasi. Kita ingin, dengan adanya koperasi, atau mereka ikut koperasi yang berbasis syariah, perekonomian nelayan juga meningkat. Dapat modal atau nabung juga gampang,” ujar Danu.
Menurut Danu, setelah bisa mengakses modal dan melakukan simpan pinjam di koperasi syariah, lalu dilatih menggunakan alat tangkap jaring yang ramah lingkungan, dan hasil tangkapan meningkat, kesejahteraan nelayan diyakini dapat meningkat. “Jadi cerita jadi nelayan bakal miskin itu tidak ada lagi,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Global Wakaf-ACT menyelenggarakan Workshop Nelayan selama dua hari di Desa Cinangka, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Di samping memberikan edukasi kepada nelayan agar ekonominya membaik, juga untuk menciptakan ekosistem Program Wakaf Pangan Laut Produktif yang bertujuan mewujudkan kedaulatan pangan bangsa.
Nelayan yang mengikuti pelatihan Yani mengatakan, pelatihan tersebut sangat berguna baginya. Namun, ia terkendala modal untuk membeli jaring yang ditunjukkan dalam pelatihan. Ia berharap mendapat bantuan alat tangkap tersebut dan dapat meningkatkan hasil tangkapannya.
“Pakai pancing itu kita harus pakai umpan, umpannya kalau tidak beli cari di laut. Kalau pakai jaring memang cukup beli jaring sekali, terus bisa dipakai dalam jangka waktu yang panjang.Tapi mau beli itu tidak ada modalnya, karena melaut sekarang hasilnya juga tidak seberapa,” kata Yani.
Yani mengungkapkan, ia mencari cumi sebagai umpan maghrib hingga pukul 22.00 WIB. Lalu pergi melaut pagi hingga sore. Hasilnya tidak menentu. Paling banyak 7 kilogram ikan dan dijual dengan harga Rp500 ribu. “Kalau kita dapat Rp500 ribu, dipotong modal beli bensin dan makan Rp200 ribu, sisanya kita bagi bertiga. Karena satu perahu itu kita enggak sendirian, bertiga kadang berdua,” kata Yani.(MS11)