Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Varian Covid-19 Omicron, Ancam Kesejahteraan Petani Sawit

×

Varian Covid-19 Omicron, Ancam Kesejahteraan Petani Sawit

Sebarkan artikel ini

MEDAN- Harga Crude Palm Oil (CPO) sejak minggu terakhir di bulan November sampai saat ini terus mengalami penurunan. CPO yang sempat mencapai 5.000 ringgit Malaysia per tonnya. Saat ini, harga CPO berada dikisaran angka 4.680-an ringgit per tonnya.

” Trennya anjlok terus, seiring dengan penurunan harga minyak dunia yang belakangan juga mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan harga komoditas energy dunai tersebut menurut hemat saya lebih dikarenakan ekspektasi pemulilhan yang tersendat sejak kehadiran varian covid 19 baru omicron,” kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis (2/12/2021)

Dan penurunan harga komoditas tersebut menyeret harga komoditas lainnya termasuk CPO.

“Ini kabar yang kurang baik bagi petani SUMUT kita. Sedari awal petani memang seyogyanya bijak dalam mengalokasikan anggaran dari kenaikan harga CPO tersebut. Khususnya buat perawatan tanaman sawit,” ujarnya.

Baca Juga:   Bank Syariah Indonesia Bawa Multiplier Effect pada Pemulihan Ekonomi

Hal yang berbeda justru ditunjukan oleh pesaing CPO, yakni kacang kedelai. Harga kedelai justru mengalami tren naik. Dalam kurun waktu yang bersamaan, harga kedelai  global justru saat ini dijual dikisaran angka $1.475 per metric ton. Padahal diakhir November kemarin, harga CPO dan kedelai itu tidak jauh berbeda. Selisihnya sekitar $80-an.

Tetapi sekarang selisih harga keduanya dalam US Dolar itu mencapai $150-an lebih. Sangat berbeda dari pergerakan sebelumnya, dimana saat harga kedelai dunia mengalami kenaikan. Maka harga CPO juga naik. Namun, yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Tren kenaikan harga komoditas pangan di sejumlah negara besar, yang dicerminkan dengan kinerja inflasi, ternyata tidak memberikan andil besar bagi kenaikan harga CPO.

Baca Juga:   Sesi I, IHSG Ditutup Naik 0,23%

“Saya berkesimpulan, CPO di pasar global lebih banyak diperuntukan sebagai bahan bio diesel ketimbang diolah menjadi bahan makanan. Itulah kenapa harga CPO belakangan ini justru lebih cenderung mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia ketimbang harga komoditas subtitusinya. Ini yang memicu terjadinya penurunan harga CPO,” katanya.

Dan Petani menjadi pihak yang juga akan dirugikan akibat penurunan tersebut. Tetapi dengan mengacu kepada harga CPO yang saat ini masih bertengger di kisaran 4.600-an, NTP Petani perkebunan tetap diatas.

“Dan dengan NTP sebesar itu, petani kelapa sawit kita masih yang paling sejahtera. Namun petani sawit seharusnya tahu ancaman omicron yang mulai memicu kekuatiran global,” pungkasnya. (MS11)

Baca Juga:   Petani Kelompok 80 Minta Kembalikan Lahan 320 Ha