mediasumutku.com | SHANGHAI – Para analis menilai, Perang Dunia Ketiga sepertinya akan segera dimulai dan Irak Jilid II bisa terjadi. Kondisi ini terjadi menyusul dilakukannya aksi balas dendam Iran kepada AS.
Data Reuters menunjukkan, Bursa Asia dan tingkat yiels surat utang AS anjlok pada transaksi Rabu (8/1) pagi. Sementara yen, emas dan minyak melejit setelah Iran menembakkan rudal balistik ke pangkalan udara AS di Irak. Kondisi ini memicu kecemasan akan meluasnya konflik di Timur Tengah.
Sementara itu, dollar AS melemah terhadap yen, di mana mata uang Jepang menyentuh level terkuatnya melawan dollar AS sejak Oktober.
Keoknya nilai dollar AS menyebabkan investor menyelamatkan asetnya ke safe haven. Alhasil, harga emas meroket 1,8% menjadi US$ 1.602,39 per troy ounce.
“Anda bisa mendapatkan banyak sentimen dari emas. Saat ini posisinya di atas US$ 1.600, jika ada konfirmasi AS akan membalas, harga emas bisa naik lebih tinggi,” papar Matt Simpson, senior market analyst Gain Capital di Singapura kepada Reuters.
“Tapi sepertinya AS akan melakukan aksi pembalasan. Saya rasa Trump tidak mungkin hanya berdiri melihat dan menerima begitu saja. Perang Dunia Ketiga akan segera dimulai. Memang saat ini belum, tapi sepertinya bisa menjadi Irak jilid II,” paparnya.
Di sisi lain, harga kontrak berjangka minyak Brent melejit ke atas level US$ 70 per barel ke level tertingginya sejak pertengahan September. Kini, posisinya naik 3,59% menjadi US$ 70,72 per barel. Sedangkan harga minyak WTI melaju 3,46% menjadi US$ 64,87 sebarel.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, serangan rudal Iran ke pangkalan udara Ain Al-Asad dan Erbil Irak pada Rabu dini hari dilakukan selang beberapa jam pasca pemakaman komandan militer Iran yang tewas terbunuh dalam serangan drone AS.
Data Reuters menunjukkan, indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang anjlok 1% tak lama setelah bursa China dibuka. Indeks CSI300 blue chips China turun 0,56%.
Sementara, indeks Nikkei Jepang melorot 2,2% dan bursa Australia turun lebih dari 1%. Bursa berjangka AS juga melorot tajam di mana indeks S&P 500 e-minis turun nyaris 1%.
“Ini merupakan aksi berhentinya pengambilan risiko yang sangat klasik,” jelas Rob Carnell, Asia Pacific chief economist ING di Singapura kepada Reuters.
Dia menambahkan, “Ini merupakan respon Iran atas pembunuhan Soleimani. Kita sekarang harus melihat bagaimana respon AS terhadap aksi balasan Iran. Sepertinya, ketegangan akan semakin memanas.”
Data Reuters menunjukkan, tingkat yield atas surat utang AS bertenor 10 tahun berada di posisi 1,7534% atau turun lebih dari 7 basis poin dari posisi penutupan Selasa di level 1,825%. Penurunan juga dialami pada yield surat utang AS bertenor 2 tahun ke level 1,4982% dibanding level penutupan hari sebelumnya di ,546%.