Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Pendidikan

66,7 Persen, Pendampingan Anak di Indonesia Dilakukan Kaum Perempuan

×

66,7 Persen, Pendampingan Anak di Indonesia Dilakukan Kaum Perempuan

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com|MEDAN-Berdasarkan Survei Pelaksanaan Pembelajaran dari Rumah dalam Masa Pencegahan Covid-19 tahun 2020 oleh Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, menunjukkan sebanyak dua pertiga (sekitar 66,7%) pendampingan anak di Indonesia masih dominan dilakukan oleh kaum perempuan.

“Selain itu, survei yang digelar sepanjang April hingga Mei 2020 pada orang tua di 34 provinsi tersebut menemukan penyebab utama orang tua (53,8%) tidak bisa mendampingi anak mereka belajar di rumah adalah karena tuntutan pekerjaan,”  Ricky Putra, Chief Operating Officer (COO) GREDU, Sabtu (10/4/2021).

Bisa dikatakan kata Ricky, Work From Home (WFH), tidak menjamin seorang ayah mampu mendampingi anak-anaknya secara maksimal meskipun berada sepanjang hari di rumah. Alasannya, para ayah tetap memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan kantor meski berada di rumah.

Baca Juga:   Gredu Dukung Sekolah Tatap Muka Tahun 2021

Menurutnya, aktivitas di luar rumah sangat menyita waktunya sehingga porsi untuk bertemu dengan anaknya sangatlah sedikit. Namun, ketika terjadi pandemi COVID-19 dan membuatnya harus bekerja dari rumah maka dihadapkan pada realita bahwa mengasuh anak ternyata tugas yang berat.

Melihat hal ini, katanya, GREDU memliki kiat agar ayah bisa tetap berinteraksi pada saat WFH untuk meningkatkan kualitas pendampingan anak.

Diantaranya tutur Ricky, berdiskusi dengan anak, tentukan kapan ayah siap mendampingi.Ketika anak meminta waktu untuk bersama, maka seorang ayah sebaiknya berupaya untuk memenuhinya.

“Lakukan kontak mata ketika berkomunikasi dengan anak. Hal yang paling mudah dilakukan yaitu ketika berbicara dengan anak adalah mata ayah tertuju pada anaknya. Kontak mata langsung diperlukan sehingga ayah akan memahami apa yang hendak ia sampaikan dan anak merasa dihargai,” tuturnya.

Baca Juga:   Pemko Medan Lepas 16 Pelajar ke Korea Selatan

Kemudian lanjutnya, memposisikan anak, agar anak merasa diperhatikan dan disayangi. Hal sederhana namun berdampak cukup besar adalah sentuhan dari orang tua.

“Misalnya, ketika sudah selesai bekerja namun anak sudah terlelap, ekspresikanlah dengan sekadar memeluknya saat dia tertidur. Usahakan agar kebiasaan ini dilakukan secara konsisten oleh ibu dan ayah sehingga anak tetap merasa diperhatikan,” ucapnya.

Terakhir tambahnya, beraktivitas dengan anak. Aayah harus mampu beraktivitas motorik dengan anak. Cara ayah dan ibu menghabiskan waktu dengan anak sangatlah berbeda.

“Jika dengan ibu lebih banyak berinteraksi melalui ucapan atau sapaan dengan anak, maka ayah harus lebih mengajak anak untuk beraktivitas fisik seperti olahraga atau permainan luar ruang,” ujarnya.(MS11)

Baca Juga:   Rektor Launching USU Kampus Digital, 9 Aplikasi Dihasilkan Selama Tiga Tahun Masa Kepemimpinannya