Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Analis: Rupiah Bergerak Stabil Cenderung Terdepresiasi

×

Analis: Rupiah Bergerak Stabil Cenderung Terdepresiasi

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Berdasarkan data pada perdagangan Jumat (10/1/2020) pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi menguat. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi fundamen yang membaik serta pergerakan teknikal yang menunjukkan rupiah berpeluang menguat.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (9/1) rupiah ditutup menguat 0,33% ke level Rp 13.854 per dolar AS.

Penguatan ini diyakini masih akan berlanjut pada perdagangan hari ini. Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto memperkirakan rupiah akan menguat terbatas pada perdagangan Jumat (10/1). Menurutnya faktor fundamental domestik menjadi pendorong utama penguatan rupiah hari ini.

“Secara teknikal arah gerak masih cenderung menguat. Tapi yang terpenting adalah faktor domestik kepercayaan pasar terhadap rupiah,” tuturnya.

Baca Juga:   Analis: Sentimen Perang Dominasi Pergerakan Rupiah

Faktor domestik yang dimaksudkan adalah meningkatnya cadangan devisa Indonesia. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2019 meningkat US$ 2,55 miliar menjadi US$ 129,18 miliar.

Ryan menjelaskan cadangan devisa Indonesia yang meningkat mampu mendorong rupiah untuk terus menguat. Meningkatnya devisa negara juga mengindikasikan perkembangan makro ekonomi yang stabil.

“Pertumbuhan ekonomi 5,05% dan inflasi 2,72% membuat persepsi investor asing masih positif terhadap Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, draf Omnibus Law yang segera selesai menambah tren positif bagi investor. Omnibus law nantinya dapat mempermudah proses perizinan investasi di dalam negeri. Alhasil, kegiatan ekspor impor akan meningkat.

Berbeda dengan Ryan, analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan rupiah hari ini akan bergerak stabil cenderung terdepresiasi meskipun kondisi geopolitik berangsur kondusif. Menurutnya rupiah akan tertekan oleh harga minyak yang tinggi.

Baca Juga:   Analis: Mata Uang Garuda akan Menguat Lagi

“Minyak menjadi salah satu penyumbang defisit perdagangan terbesar Indonesia,” jelasnya.

Fikri memprediksi harga minyak akan meningkat seiring dengan ancaman sanksi ekonomi AS pada Iran. Sebelumnya, Iran melakukan serangan balasan ke pangkalan AS di Irak pada Rabu (7/1). Namun, Presiden AS Donald Trump mengatakan tidak akan menanggapi serangan Iran menggunakan kekuatan militer, melainkan sanksi ekonomi.

Untuk perdagangan Jumat (10/1) Ryan memperkirakan rupiah berada di rentang Rp 13.800-Rp 13.850 per dolar AS.

Sedangkan Fikri memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 13.810-Rp 13.910 per dolar AS.