Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Sepekan Terakhir, Rupiah Cenderung Alami Penguatan

×

Sepekan Terakhir, Rupiah Cenderung Alami Penguatan

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Dalam sepekan terakhir dominasi kebijakan pelonggaran moneter yang diterapkan sukses membawa nilai tukar rupiah berada dalam tren penguatan sepekan ini. Untuk sepekan ke depan, pasangan kurs USD/IDR tersebut diyakini masih bisa melanjutkan penguatan.

Melansir Bloomberg pada perdagangan Jumat (1/11) pukul 16.34 WIB, rupiah tercatat menguat 0,03% ke level Rp 14.038 per dolar AS dari penutupan sebelumnya. Sebaliknya, kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau JISDOR, justru terkoreksi sebanyak 58 poin atau 0,41% menjadi Rp 14.066 per dolar AS.

Menurut Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengungkapkan, pergerakan rupiah dalam sepekan terakhir cenderung mengalami penguatan. Hal in menggambarkan respon positif pasar terhadap langkah pemangkasan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pekan lalu.

Baca Juga:   Bursa Asia di Pasar Spot 'Semringah'

“Kebijakan BI untuk mendorong perekonomian 2019 tersebut mendapat respon positif dari market, meskipun perkiraannya ekonomi hanya akan tumbuh 5% di akhir tahun ini,” kata Reny.

Di sisi lain, pekan ini Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan untuk memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bps) ke kisaran 1,5% dan 1,75%. Alhasil, dollar AS pun tertekan dan menjadi sentimen positif bagi mata uang garuda, ditambah lagi aliran dana masuk ke Tanah Air juga bertambah.

Selain itu, Reny mengungkapkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dirilis sepekan ini mencerminkan adanya pelambatan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut, sehingga investor juga mulai beralih dan masuk ke pasar negara-negara berkembang atau emmerging market.

Baca Juga:   IHSG Dibuka Merosot 65 Poin ke 6.257

Dengan berbagai kondisi tersebut, rupiah dalam dua pekan terakhir terus bergerak menguat dan berada di bawah level Rp 14.100 per dollar AS. Sehingga, cukup memungkinkan bagi pasangan kurs melanjutkan penguatan di pekan depan.

“Apalagi, pekan depan bakal dirilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan ekspektasi year on year (yoy) ekonomi masih bertumbuh 5%, sedangkan untuk quarter on quarter (qoq) di level 3%,” ungkapnya.

Sementara itu, data terkait ketenagakerjaan AS yang bakal dirilis akhir pekan ini diprediksi masih akan lesu. Sehingga, kondisi tersebut berpeluang menjadi sentimen tambahan penguat rupiah di pekan depan.

Reny meramalkan di pekan depan rupiah masih akan menguat dengan rentang pergerakan harga di kisaran Rp 13.950 per dolar AS, hingga Rp 14.110 per dolar AS. Penguatan tersebut juga didukung pergerakan teknikal yang menunjukkan tren harga masih akan ke area bawah.

Baca Juga:   Hingga Agustus 2020, Ekspor Indonesia ke Brazil dan Argentina Alami Penurunan