Ekonom Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, menurut Bank Indonesia kenaikan jumlah cadangan devisa dipengaruhi oleh penerbitan obligasi, devisa migas dan dari devisa lainnya.
BACA : Hubungan India-Malaysia Memburuk, Petani Sawit Diuntungkan
Peningkatan jumlah cadangan devisa ini baik bagi perekonomian, khususnya untuk berjaga-jaga manakala terjadi capital outflow (aliran dana keluar) yang besar disaat kondisi ekonomi bermasalah.
“Jika dikaitkan dengan kondisi ekonomi saat ini, jelas semakin besar cadangan devisa tentunya akan semakin baik. Ancaman resesi (kemerosotan ekonomi global) yang ditakutkan akan terjadi di tahun depan, bisa diminimalisir dengan cadangan devisa tersebut,” ujar Gunawan, Sabtu (9/11/2019).
BACA : Harga Emas Antam Melorot Rp5.000 Per Gram
Kata Gunawan, pada dasarnya resesi erat kaitannya dengan dengan aliran dana keluar. Hanya saja, aliran dana keluar tersebut belum tentu akan terjadi saat resesi ekonomi di tahun depan. “Karena saya menilai, saat ini sejumlah negara besar atau bahkan negara yang mata uangnya disebut save haven, kondisi fundamental ekonominya bermasalah,” ungkapnya.
Bahkan, sambung Gunawan, resesi justru akan muncul dari negara besar. Jadi, kalau terjadi resesi yang diakibatkan dari negara tersebut, maka logikanya kemana investor akan menyimpan uangnya? Tentunya, ke tempat yang memberikan keuntungan yang lebih baik.
“Ancaman resesi tahun depan ataupun ekspektasinya tahun 2021, belum bisa disimpulkan akan terjadinya aliran dana keluar dari Indonesia,” sebut ekonom dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) ini.
Meski demikian, lanjutnya, kalaupun terjadi resesi, investor global cenderung akan memburu emas dibandingkan dengan bentuk aset lainnya. Bahkan, jika resesi yang diperkirakan akan terjadi di tahun mendatang, belum tentu akan membuat investor memburu US Dollar, sehingga posisi Rupiah terancam. Jadi, yang penting pemerintah mampu mempertahankan daya beli masyarakat dan menjaga pertumbuhan tetap pada 5 persenan.