mediasumut.com | JAKARTA – di awal perdagangan pekan Oktober ini rupiah diprediksi akan kembali loyo. Rupiah melemah 0,18% ke level Rp 14.163 per dolar AS pada Senin (7/10). Dikarenakan Cadangan devisa Indonesia di bulan September masih di bawah ekspektasi. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China juga masih mengalami ketidakpastian.
Menurut Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menyatakan penyebab rupiah melemah hari ini karena pelaku pasar masih cenderung berhati-hati. Pertama, hari ini pemerintah baru merilis cadangan devisa Indonesia periode bulan September yang ternyata turun. Kedua, ketidakpastian rencana pertemuan antara AS dan China.
“Hari ini dikabarkan wakil Perdana Menteri China akan berkunjung bersama dengan delegasi perdagangan China ke Washington. Tujuannya untuk negosiasi dagang. Namun, di sisi lain ada eskalasi baru antara AS dan Uni Eropa,” ujar Deddy.
Deddy mengatakan, ketegangan antara AS dan Eropa tersebut berkaitan dengan rencana AS yang mempersiapkan pengenaan tarif impor baru terhadap barang dari Eropa. Tepatnya, AS berencana mengenakan tarif impor dari 10% dan 25% pada 18 Oktober mendatang.
Tidak hanya sampai di situ, Deddy menilai tidak adanya katalis positif dari pasar global juga masih akan membuat rupiah melemah hari ini. Deddy memperkirakan secara teknikal rupiah masih terdepresiasi pada Selasa (8/10).
Sentimen pelemahan rupiah berasal dari domestik dan juga global. Di sisi internal, dia menilai data dalam negeri belum ada yang menarik perhatian pelaku pasar dan investor untuk mengoleksi rupiah.
Terlebih lagi, hari ini Bank Indonesia (BI) akan merilis data penjualan eceran (retail sales) Indonesia periode bulan Agustus. “Kalau itu sesuai sama ekspektasi pasar, mungkin rupiah bisa menguat,” tambah Deddy.
Selain itu, proyeksi rupiah masih melemah besok juga karena pelaku pasar masih pertemuan FOMC dan Bank Sentral Eropa (ECB) di pekan ini. Deddy mengatakan, data inflasi AS juga turut andil dalam perkirakan pelemahan rupiah besok.
Dia memproyeksi rupiah akan melemah di rentang level Rp 14.130-Rp 14.200 per dolar AS.