MEDAN – Perwakilan perdagangan Indonesia di negara mitra mengajak lebih
banyak eksportir, termasuk eksportir-eksportir pemula dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), untuk melirik lebih banyak peluang yang dapat digarap di pasar Asia, Australia, dan Afrika.
Kementerian Perdagangan berharap peluang pasar di kawasan-kawasan tersebut semakin dimanfaatkan untuk terus meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia.
Hal tersebut mengemuka dalam serial webinar edukatif “‘Mengoptimalkan Potensi Pasar’ – From KL to Sydney to Lagos”. Webinar tersebut merupakan kerja sama Kemendag dan Sekolah Ekspor.
Dalam webinar tersebut, hadir sebagai narasumber Atase Perdagangan Kuala Lumpur, Malaysia Deden Muhammad Fajar Shiddiq; Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney, Australia Ayu Siti Maryam; Kepala ITPC Lagos, Nigeria Hendro Jonathan; dan Analis Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag Hesty Syntia P.K.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemendag Ani Mulyati yang memberi pidato kunci menyatakan, optimismenya bahwa kegiatan ini dapat memberi semangat baru dalam menggencarkan ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Australia, dan Afrika. Hal itu termasuk mencetak lebih banyak anak muda yang berkeinginan untuk berkecimpung di dunia ekspor.
“Webinar edukatif yang menggali potensi dagang Indonesia dengan kawasan dan negara potensial akan memberi kesempatan lebih luas bagi calon eksportir dan eksportir pemula untuk mempersiapkan diri dan mengekspor sebanyak-banyaknya. Usaha meningkatkan kinerja ekspor secara berkelanjutan perlu kita gencarkan dengan mencetak eksportir-eksportir baru, khususnya dari kalangan generasi muda dan UMKM,” ujar Ani, Rabu (27/10/2021).
Ani juga menyampaikan pencapaian ekspor Indonesia yang berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan selama 16 bulan berturut-turut. Dalam 16 bulan itu, nilai surplus tertinggi dicatatkan pada neraca perdagangan Agustus 2021 sebesar USD 4,75 miliar. Pada September 2021, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus USD 4,37 miliar. Surplus tersebut ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,30 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 0,93 miliar.
“Keberhasilan peningkatan ekspor Indonesia di tengah pandemi Covid-19 sejak tahun lalu menunjukkan bahwa kerja bersama yang kita galang selama masa sulit telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Momentum ini perlu kita pertahankan dengan meningkatkan ekspor di masa-masa mendatang, salah satunya dengan cara mencetak lebih banyak eksportir,” kata Ani.
Sementara itu, Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono mengapresiasi keikutsertaan Kemendag yang memberi informasi tentang upaya membuka pasar ekspor di Malaysia, Australia, dan Nigeria.
“Kita bersyukur webinar edukatif ini kita tidak hanya memberi pencerahan, tetapi juga menunjukkan potensi bisnis. Hal ini bermanfaat baik bagi pelaku usaha yang belum besar, UMKM, dan calon-calon pebisnis,” ungkap Handito.
Potensi Pasar Malaysia, Australia, dan Nigeria Atase Perdagangan Kuala Lumpur Deden Fajar Muhammad Shiddiq dalam webinar menyampaikan, pasar Malaysia tidak kalah potensial dari pasar-pasar yang secara geografis lebih jauh dari Indonesia.
“Pasar Malaysia adalah pasar yang baik bagi eksportir pemula, karena selain dekat secara geografis, pasar Malaysia memiliki banyak kesamaan dengan pasar Indonesia baik dari sisi demografi maupun budayanya. Selain itu, persyaratan ekspor ke Malaysia yang tidak seketat ke negara maju menjadi keunggulan tersendiri untuk menyasar Malaysia sebagai tujuan eskpor,” ungkap Deden.
Sementara itu Kepala ITPC Sydney Ayu Siti Maryam mengatakan, saat ini peluang produk-produk Indonesia untuk masuk ke pasar Australia juga terbuka lebar karena masyarakat Australia sudah lebih akrab dengan produk-produk Asia. Selain itu, eksportir dan calon eksportir Indonesia akan mendapat banyak manfaat dari persetujuan Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA–CEPA).
Karena, persetujuan tersebut mengeliminasi bea masuk ke Australia untuk 6.476 pos tarif dengan menggunakan surat keterangan asal (SKA).
“Manfaatnya banyak. Harga akan menjadi lebih kompetitif. Misalnya produk kayu atau home decor Indonesia akan dapat lebih bersaing secara harga dengan produk sejenis dari negara lain,” ungkap Ayu.
Di sisi lain, Kepala ITPC Lagos Hendro Jonathan mengatakan, produk-produk Indonesia banyak mencatatkan keberhasilan di pasar Nigeria. Produk-produk tersebut misalnya produk kecantikan seperti bulu mata, rambut palsu, hingga produk-produk spa.
“Wanita-wanita di Nigeria sangat menyukai rambut-rambut panjang imitasi dari Indonesia dan produk bulu mata. Masyarakat Nigeria juga menyukai rempah-rempah dan produk makanan Indonesia,” ungkap Hendro.
Analis Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Hesty Syntia P.K. memaparkan informasi tentang penggunaan dokumen keterangan asal seperti SKA dan certificate of origin (COO) untuk mendapatkan tarif preferensi ke negara-negara mitra.
“Keuntungan menggunakan dokumen keterangan asal adalah fasilitas tarif preferensi yang lebih rendah dari tarif umum, sehingga produk Indonesia akan lebih bersaing di pasar negara tujuan,” kata Hesty.(MS11)