Scroll untuk baca artikel
EkonomiHeadline

Frans dan Esa Hidupkan Kembali BUMD Stagnan Milik Pemprov DKI

×

Frans dan Esa Hidupkan Kembali BUMD Stagnan Milik Pemprov DKI

Sebarkan artikel ini

Medan, Mediasumutku.com– Ada kisah yang menarik yang dibagikan dua pimpinan badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemprov DKI Jakarta saat berbicara dalam rapat bersama seluruh Direksi BUMD Pemprov Sumut dalam rangka mendengar pemaparan mengenai PT Food Station Tjipinang Jaya dan Perumda Pasar Jaya, yang merupakan BUMD milik Pemprov DKI Jakarta, Rabu (18/9/2019) sore, di Ruang Rapat Lantai 9, Gedung Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Medan.

Paparan menarik disampaikan oleh Frans Tambunan selaku Direktur Operasional PT Food Station Tjipinang Jaya, dan Anugrah Esa selaku Direktur Usaha dan Pengembangan Perumda Pasar Jaya, kepada Wakil Gubernur Sumatera (Wagubsu) Musa Rajeckshah dan para pimpinan BUMD milik Pemprov Sumut.

Turut hadir dalam pertemuan ini Sekdaprov Sumut Sabrina, Kepala Perwakilam Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat, dan para Direksi dari PT Bank Sumut, PT PSU, PT Dhirga Surya, PT Pembangunan Prasarana Sumut, PD Aneka Industri dan Jasa, Dewan Pengawas PDAM, dan lainnya.

Baca juga: Wagub Ingin BUMD Hasilkan Laba

Frans dan Esa menceritakan bagaimana awal mula mereka melakukan perubahan di dalam tubuh BUMD yang mereka pimpin. Dikatakan Frans dan Esa, mereka murni bukan birokrat. Mereka berpengalaman lebih dari 15 tahun di usaha ritel. Mereka menjadi direksi melalui fit and proper test yang dilaksanakan Pemprov DKI jakarta.

Baca Juga:   Gubernur dan Forkopimda Silaturahmi di Rumah Kapolda

“Saya dan Pak Esa berasal privates sector (sektor swasta), ikuti fit and proper test,” ujar Frans. Ia menceritakan, pada awal mula menjabat sebagai direksi di tahun 2015, ia harus melakukan perbaikan internal.

Ini dikarenakan banyaknya permasalahan yang dihadapi. Mulai dari kurangnya integritas karyawan, keuangan yang kacau balau, kantor berantakan, toilet bau, tidak disiplin, dan pemasukan yang kacau.

“Awalnya enam bulan pertama perbaikan internal. Yang pertama dilakukan adalah memecat pegawai karena melanggar SOP perusahaan. Saya ingatkan, yang lalu biarkanlah berlalu, yang akan datang kita hadapi. Namun memang tabiat tidak bisa berubah, yang masih terbiasa dengan bisnis lama dipecat karena tidak sesuai SOP. Namun ada juga yang berubah,” ujar Frans.

Diakui Frans dan Esa, banyak pertentangan terjadi. Namun, dikatakan mereka, inilah risiko perubahan. Para pegawai lama sudah terlalu lama berada di zona nyaman, sehingga ketika ada perubahan, hal ini mengganggu kenyamanan mereka.

Baca Juga:   BUMD Diakui Masih Sering Disalahgunakan Segelintir Pihak

Frans dan Esa tidak gentar, mereka terus melakukan perubahan. Seiring berjalannya waktu, yang tadinya perusahaan berjalan stagnan, kini perlahan menjadi perkasa. Hal ini terbukti, dengan keberadaan Food Station dan Pasar Jaya, Jakarta kini berhasil menangani inflasi di bidang pangan.

Pasar Jaya yang dipimpin Anugrah Esa berkembang pesat, memiliki lebih dari 153 pasar di Jakarta. Selain itu, ia juga memiliki berbagai macam unit usaha mulai dari Jakmart, Mini DC, hingga JakGrosir.

Proses tanya dan jawab secara interaktif terjadi dalam diskusi mengenai perkembangan BUMD

Begitu pun Food Station, yang dulunya berantakan, perlahan muncul sebagai perusahaan pangan yang top. Dikatakan Frans, kini perusahaannya menyediakan empat produk yaitu beras, susu, telur dan bawang putih.

BUMD memang wajib menghasilkan PAD bagi provinsi. Namun, menurut Frans, keberadaan Food Station dan Pasar Jaya juga memiliki fungsi penting, yakni sebagai penyedia layanan kebutuhan bagi masyarakat.

Usai melakukan pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Para direksi BUMD Sumut tampak antusias ingin berdiskusi. Seperti yang ditanyakan oleh Direktur Utama PT Perkebunan Sumatera Utara (PSU) Gazali Arief.

Baca Juga:   Kajari Dairi Ikuti Acara Penutupan Rakernis 2022, Jaksa Agung Apresiasi Kinerja Seluruh Satker

Dia menanyakan, agar perusahaan bisa efektif dan efisien, terkait adanya karyawan yang tidak kompeten, tidak disiplin atau suka melakukan kecurangan dan manipulasi, bagaimana sikap perusahaan mengatasinya.

Menurut Frans, pada masa awal ia memimpin, juga menghapi masalah yang sama. Dirinya dengan berat hati harus memberhentikan pegawai pegawai yang dianggap tidak kompeten.

Namun ia tidak langsung memecat, melainkan memberikan kesempatan bagi pegawai untuk berubah. Namun, akhirnya, banyak pegawai yang tidak mengindahkan sehingga perusahaan harus mengambil sikap dengan memberhentikan karena tidak menjalankan tugas dan aturan sesuai dengan SOP perusahaan.

Gazali Arief mengakui, pertemuan yang diinisasi oleh Musa Rajekshah ini sangat penting, karena bisa memberi pengetahuan baru. “Memang memberikan inspirasi dan memotivasi untuk kita bisa lebih kreatif. Dan saya semakin bersemangat karena di PSU pun kita akan melakukan inovasi pengembangan komoditi bukan hanya dari kelapa sawit saja,” ujar Gazali.(MS1/MS1)