Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Harga Emas Spot Naik 0,17%

×

Harga Emas Spot Naik 0,17%

Sebarkan artikel ini

mediasumut.com | JAKARTA – Pada perdaganga kemarin. Kamis (17/10) pukul 7.29 WIB harga emas melanjutkan kenaikan. Saat ini, harga emas spot berada di US$ 1.492,73 per ons troi, naik 0,17% ketimbang harga penutupan kemarin pada US$ 1.490,13 per ons troi.

Berdasarkan data kemarin, harga emas sudah menguat 0,62% di tengah goyahnya harapan pasar atas penyelesaian perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Meski Presiden AS Donald Trump akhir pekan lalu menyatakan bahwa negosiasi dagang berjalan dengan sangat baik dan China akan membeli produk pertanian AS, pasar keuangan mulai meragukan kepastian kesepakatan fase 1.

AS memperketat pergerakan diplomat China yang tengah berada di AS, yakni dengan kewajiban pemberitahuan jika diplomat tersebut bertemu dengan pejabat lokal, daerah, dan pusat, serta institusi pendidikan dan riset.

Baca Juga:   BI Sumut Gelar 2nd Sumatranomics 2021

Pernyataan Kementerian Luar Negeri yang dirilis Rabu (16/10) ini menjadi tekanan baru pada hubungan kedua negara. Pejabat Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa langkah ini merupakan balasan perlakuan diplomat AS di China.

Selain itu, DPR AS juga meloloskan empat legislasi yang akan menekan China dan tiga di antaranya terkait demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong. “Banyak orang berpikir undang-undang AS mengenai Hong Kong akan mengganggu negosiasi tarif. Jadi ketika kelanjutan tarif dipertanyakan, investor berlari ke emas,” kata Michael Matousek, head trader US Global Investors kepada Reuters.

Investor pun menunggu keputusan suku bunga Federal Reserve akhir bulan ini. Pasalnya, data Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa penjualan ritel turun 0,3% pada bulan September. Ini adalah penurunan penjualan ritel pertama dalam tujuh bulan terakhir.

Baca Juga:   Emas Spot Masih Bertahan Didekat Level Tertingginya

Meski tidak memasukkan faktor kendaraan dan bahan bakar, penjualan ritel pun hanya naik 0,3%, lebih rendah daripada estimasi awal pada 0,4%. Pelemahan penjualan ritel ini menambah daftar panjang penurunan data ekonomi setelah kontraksi manufaktur dan penurunan tenaga kerja.