Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Harga Minyak Mentah Naik ke US$54,80 Per Barel

×

Harga Minyak Mentah Naik ke US$54,80 Per Barel

Sebarkan artikel ini

mediasumut.com | JAKARTA – Berdasarkan data di mana harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2019 di New York Mercantile Exchange naik 0,18% ke US$ 54,80 per barel.

Harga minyak melanjutkan penguatan yang terjadi sejak akhir pekan lalu. Senin (14/10) pukul 7.13 WIB.

Ini adalah kenaikan harga minyak dalam tiga hari perdagangan berturut-turut. Sementara harga minyak brent untuk pengiriman Desember 2019 sudah naik dalam empat hari perdagangan sejak Rabu lalu.

Sementara, pagi ini, harga minyak brent naik 0,16% ke US$ 60,61 per barel. Harga minyak acuan internasional ini kembali ke atas US$ 60 sejak akhir pekan lalu setelah bergerak di bawah level tersebut selama dua pekan.

Baca Juga:   Harga Minyak Mentah Turun Tipis

Dalam wawancara televisi yang ditayangkan oleh Al Arabiya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa persediaan minyak global perlu dipangkas hingga level yang masuk akal. Dia mengatakan bahwa Rusia akan bekerja bersama dengan Arab Saudi dan partner lain untuk menurunkan level ini ke nol untuk destabilisasi pasar.

Putin mengatakan bahwa serangkaian serangan tanker minyak di Teluk dan fasilitas minyak Saudi akan mempererat kerja sama antara para produsen minyak OPEC+. “Jika ada yang berpikir aksi tersebut, menahan dan menyerang tanker infrastruktur minyak, akan memengaruhi kerja sama Rusia dengan rekan Arab kami, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, atau menghancurkan kerja sama OPEC+, maka mereka semua salah,” kata Putin, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga:   Pasca di Relokasi, Pedagang Pasar Lelo Dibanjiri Pembeli

Putin mengatakan bahwa serangan-serangan ini akan menyatukan OPEC+ karena tujuan utama kerja sama ini adalah stabilisasi pasar energi global. “Tapi dari sisi teknis persediaan minyak global perlu dikurangi ke level yang masuk akal sehingga tidak menekan harga minyak,” kata dia.

Harga minyak melejit sejak menjelang akhir pekan lalu setelah adanya serangan terhadap tanker Iran di Laut Merah, dekat dengan pantai Saudi. National Iranian Tanker Company mengatakan bahwa kapal tersebut rusak tapi stabil. Perusahaan ini juga mengelak laporan yang menyebut bahwa tanker ini meledak.

“Kami memperkirakan, kejadian tanker ini memiliki premi risiko US$ 1 per barel yang bisa segera terhapus dalam beberapa sesi jika tidak ada perkembangan insiden lebih lanjut,” kata Jim Ritterbusch, presiden perusahaan penasihat perdagangan Ritterbusch and Associates dalam catatan yang dikutip Reuters.

Baca Juga:   Kemendag dan Bappenas Gagas Proyek Percontohan Gudang Korporasi Petani Senilai 50 Miliar