mediasumut.com | JAKARTA – Perdagangan Kamis (3/10/2019) pagi harga minyak melanjutkan penurunan. Harga dua acuan minyak berjangka hari ini menyentuh level terendah sejak 9 Agustus atau dalam delapan pekan terakhir.
Harga minyak west texas intermediate (WTI) Pada pukul 7.23 WIB, untuk pengiriman November 2019 di New York Mercantile Exchange turun 0,28% ke US$ 52,49 per barel. Sedangkan harga minyak brent untuk pengiriman Desember 2019 di ICE Futures turun 0,43% ke US$ 57,44 per barel. Kemarin, harga minyak brent turun hingga 2,04% dan minyak WTI turun 1,83%.
Sementara, harga minyak brent turun dalam lima hari perdagangan terakhir dan WTI turun dalam delapan hari berturut-turut. Tren pergerakan harga minyak cenderung turun setelah mencatat lonjakan pertengahan September lalu.
Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu naik 3,1 juta barel. Angkan ini jauh lebih tinggi daripada prediksi analis yang meramalkan kenaikan persediaan 1,6 juta barel.
Baca Juga: Perusahaan Perawatan Sumur Minyak Ini Siap Menggelar IPO premium
“Pertumbuhan permintaan menjadi pengganjal utama harga minyak, dengan angka manufaktur yang mengecewakan pada rilis kemarin,” kata Gene McGillian, vice president of market research Tradition Energy kepada Reuters.
David Thompson, executive vice president pada broker komoditas Powerhouse pun mengatakan bahwa pasar menuju wilayah oversold. “Harga minyak WTI US$ 50,50 menjadi support kunci,” kata Thompson.
Tensi geopolitik Timur Tengah yang mulai mereda juga menyebabkan harga minyak lebih tenang. Menteri Minyak Iran Bijan Zanganeh berupaya menurunkan tensi dengan Arab Saudi. Zanganeh menyebut Saudi sebagai teman dan Iran berkomitmen untuk menjaga stabilitas wilayah kaya minyak tersebut.
Menteri minyak kedua negara yang seringkali berselisih pada pertemuan OPEC, sama-sama menghadiri konferensi energi Rusia yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin mengatakan, Rusia akan tetap menjadi pemain utama pada OPEC+, aliansi antara OPEC dan negara non-OPEC yang memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.
Sementara itu, Ekuador yang merupakan anggota terkecil OPEC, mengatakan akan meninggalkan organisasi beranggota 14 negara ini pada 1 Januari. Ekuador melepas keanggotaan karena masalah fiskal. Negara ini akan menjadi anggota kedua yang cabut dari OPEC setelah Qatar pada tahun lalu.[kontan]