MEDAN – Menteri BUMN Erick Tohir dan Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah menjadi pembicara dalam acara Economic Outlook 2022 dengan tema Stregthening Indonesia with Civilized Economic yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU) dalam acara puncak Dies Natalis ke-60, Kamis (25/11).
Dalam kesempatan itu, Erick Thohir mengingatkan untuk warga Indonesia harus segera bersiap dalam menghadapi tidak hanya disrupsi digitalisasi tapi juga disrupsi pasar global dan juga kesehatan.
“Kalau kita lihat di pasar global ini dengan adanya KTT G20 dan COP26, semua negara di dunia mendorong transformasi harus baik dengan alam dan kita setuju dengan ini. Namun, saat berbicara tentang suplly chain artinya kita harus membuka selebar-lebarnya sumber daya alam kita artinya kita harus kirim juga sumber daya alam kita sebesar-besarnya dan ini kita tidak setuju,” ujarnya.
Lanjut Erick, negara tidak ingin Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia dipakai untuk pertumbuhan untuk bangsa lain.
“Karena itu jelas mengapa Bapak Presiden saat G20 di Roma tidak mau tanda tangan yang namanya suplly chain. Sudah saatnya apalagi kita jadi tuan rumah G20, kita harus jadi sentra dari pada pertumbuhan dunia tetapi market kita harus menjadi market pertumbuhan ekonomi bangsa kita. Kita tidak anti asing, tetapi market dan sumber daya alam kita harus jadi pertumbuhan ekonomi negara kita,” katanya.
Selain itu, lanjut Erick, terkait disrupsi ekonomi untuk digitalisasi juga sesuatu yang tidak bisa dihindari, dan mau tidak mau Indonesia harus bersiap menghadapinya. Dicontohkannya, top 10 besar perusahaan di Amerika yang dulunya ritel base, tujuh di antaranya saat ini sudah teknologi base.
“Contohnya Tesla, mobil tapi teknologi base, artinya apa disrupsi ekonomi untuk digitalisasi bukan sesuatu lagi yang bisa kita hindarkan pertanyaannya kita siap enggak. Ketika demografi kita tak punya role map bagaimana pekerjaan yang hilang dan pekerjaan yang akan tumbuh. Saat Industri 4.0 ada, siapa yang bekerja. Start-up di Indonesia banyak orang teknologinya itu dari negara lain, kita butuh 17 juta lebih ahli teknologi kita tidak siap belum lagi kita bicara bisnisnya,” ujarnya.
Lanjut Erick , penjelasannya bukan untuk menakut-nakuti, namun hanya ingin menjabarkan situasi yang ada saat ini agar semua ikut terlibat dalam perbaikan ke depan.
“Berita bagusnya, negara kita marketnya besar dan ekonomi kita nomor satu di Asia Tenggara dan kita harus sama-sama perbaiki ini semua,” ujarnya.
Erick mengakui bila BUMN adalah 1/3 kekuatan ekonomi Indonesia, untuk itu perlu terus didorong BUMN agar terus bertranformasi.
“Saya mendorong lima transformasi di BUMN, pertama transformasi daripada digitalisasi. Kedua, transformasi energi terbarukan. Ketiga, transformasi di industri pertambangan yang ramah terhadap lingkungan hidup, keempat transformasi industri pariwisata dan kelima, transformasi di industri pangan,” katanya.
Menanggapi hal ini Wagub Musa Rajekshah menyampaikan apa yang disampaikan Menteri BUMN telah memberikan pencerahan dan optimisme bila ekonomi Indonesia akan semakin baik.
“Apa-apa yang disampaikan memberi suatu pencerahan bagi kita ke depan untuk mencapai ekonomi yang semakin baik,” katanya.
Ijeck, sapaan akrab Musa Rajekshah menambahkan, Ia berharap inovasi dari BUMN tidak berhenti dan berharap kepada Menteri Erick Thohir untuk memperbaiki kondisi harga pasar komoditas pertanian sehingga petani juga bisa maju.
“Kami berharap BUMN memikirkan bagaimana supaya harga pasar ini, BUMN apa melalui Bulog atau lainnya agar harga pasar komoditi pertanian ini bisa stabil. Karena petani jarang jadi orang kaya, yang kaya pengumpul dan pengekspor. Belum lagi petani kita terkena rentenir, tangan mereka yang kotor, badan mereka yang berkeringat namun untuk bertahan punya sepeda motor saja pun tidak bisa pak, karena tidak bisa bayar kredit,” ujar Ijeck.
Dalam kesempatan itu, Ijeck juga mengucapkan selamat kepada FEB USU atas Dies Natalis ke-60 dan berharap USU melalui FEB bisa membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut menumbuhkan ekonomi daerah.