MEDAN-Revitalisasi Lapangan Merdeka yang akan dilakukan Walikota Medan Bobby Nasution untuk menjadikan lapangan memiliki nilai sejarah sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dan cagar budaya menuai banyak dukungan.
Revitalisasi telah menjadi perhatian nasional. Hal ini terungkap saat Kantor Staf Kepresidenan (KSP) mengunjungi Balai Kota Medan baru-baru ini. KSP menyatakan dukungan atas revitalissi yang dilakukan. Sebagai bentuk dukungan, kedatangan KSP juga untuk melihat sejauhmana keseriusan Pemko Medan dalam merevitalisasi lapangan yang dikelilingi bangunan bersejarah yang sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda, diantaranya Kantor Pos, Inna Dharma Deli (Hotel De Boer), Gedung Balai Kota Lama (Aston City Hall), Bank Indonesia (Gedung de Javasche Bank) serta Titi Gantung tersebut.
Tidak itu saja, KSP juga akan menjadikan revitalisasi Lapangan Merdeka sebagai titik awal dalam mengurus cagar budaya yang tersebar di daerah-daerah lainnya di Indoensia. Sebab, KSP ingin mengurusnya secara nasional. Oleh karenanya, KSP berharap agar Lapangan Merdeka yang pada 6 Oktober 1945 menjadi tempat dilaksanakannya rapat raksasa sekaligus menyiarkan secara resmi berita Proklamasi Indonesia yang dibacakan Gubernur Sumatra Muhammad Hasan segera ditetapkan sebagai cagar budaya.
“Ini (revitalisasi Kapangan Merdeka) menjadi salah satu janji kampanye kami bersama Bapak Wakil Wali Kota yang harus dapat diwujudkan. Untuk itu kami berharap adanya dukungan dari semua pihak, termasuk Kantor Staf Presiden. Rencananya, revitalisasi Lapangan Merdeka ini nantinya akan kami jadikan sebagai kawasan cagar budaya sekaligus RTH. Insya allah, pengerjaan fisiknya akan dimulai awal tahun 2022,” kata Bobby Nasution.
Keinginan Bobby Nasution merevitalisasi Lapangan Merdeka menjadi RTH dan cagar budaya sehingga menjadi perhatian nasional mendapat respon positif dan dukungan penuh dari dosen Departemen Antropologi USU Dr Drs Fikarwin Zuska M Antropolgi Aktif.
Dikatakan Fikarwin, Lapangan Merdeka memang sebaiknya dijadikan cagar budaya, sebab merupakan objek bersejarah yang dibuat oleh Belanda. Ditambah lagi Lapangan Merdeka merupakan tempat berkumandangnya kemerdekaan pertama kali untuk wilayah Sumatera Utara. “Jadi memang perlu direvitalisasi menjadi cagar budaya RTH,” kata Fikarwin saat ditemui, Senin (1/11).
Lebih jauh Fikarwin menilai, revitalisasi yang akan dilakukan Pemko Medan sudah sangat baik dan tidak hanya sekedar wacana. Sebab, ia melihat Bobby Nasution telah mempersiapkan semuanya dengan baik serta mendapat dukungan dari pemerintah pusat. Sebelum adanya tindakan konkrit terkait dengan revitalissi yang akan dilakukan, Firkarwin berharap agar Bobby Nasution juga menghimpun para ahli dari berbagai bidang, diantaranya dari segi arsitektur kota, sejarah, antropologi serta ekonomi guna mengetahui Lapangan Merdeka ke depannya seperti apa.
“Masukan dari para ahli ini penting sebelum revitalisasi dilakukan sehingga nilai historis Lapangan Merdeka jangan sampai hilang,” harapnya.
Selanjutnya, Fikarwin sangat mendukung revitalisasi yang akan dilakukan. Sejak dulu, ungkapnya, Lapangan Merdeka tidak pernah disentuh dan malah dijadikan sebagai tempat jualan sehingga menjadi tidak menarik. Dengan revitalisasi yang dilakukan, ia setidaknya memiliki bayangan nantinya ada unsur-unsur yng mencerminkan kehidupan historis budaya di Lapangan Merdeka.
Di samping itu, imbuh Firkarwin, Lapangan Merdeka juga akan menjadi tempat berkumpul dan bermain dengan suasana pohon trembesi itu dihidupkan lagi. “Lapangan Merdeka harus berbeda dan diistimewakan dari tempat-tempat yang lain di pusat kota sehingga menjadikannya sesuatu bernilai,” ungkapnya.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil rapat dengan Dirjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pengerjaan fisik akan dimulai awal tahun 2022. Selain menjadi RTH dan cagar budaya, Lapangan Merdeka pasca revitalisasi akan menjadi ikon baru Kota Medan. (MS7)