Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Wanginya Bisnis Sampah, Pria ini Rahup Ratusan Juta Rupiah Perbulan

×

Wanginya Bisnis Sampah, Pria ini Rahup Ratusan Juta Rupiah Perbulan

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.comI MEDAN-Bagi sebagian orang sampah itu berbau dan menjijikkan. Tapi bagi pria muda ini sampah itu wangi uang. Ia mendapatkan omset ratusan  juta rupiah dari limbah yang dibuang orang.

Adalah Muhammad Nadir, pria yang kini menetap di kota Banda Aceh. Dalam sebuah obrolan dengan Mediasumutku saat menjual sampah daur ulang ke Medan ia berkisah tentang sampah dan dirinya.

Perbulan ia menjual 30 hingga 50 ton plastik dan botol bekas perbulan.“Menjalankan usaha sampah itu mudah, yang penting kita sudah kuasai trik nya. Saya pikir mirip juga dengan usaha yang lain. Kita harus kuasai ilmunya. Dalam hal ini tentu saja ilmu sampah,”tutur Sarjana Teknik Mesin Abulyatama Banda Aceh ini.

Karena ada beberapa katagori sampah yang memiliki grade yang berbeda-beda. Dan itu mempengaruhi nilai jual. Saat ini Nadir memilih hanya fokus pada jenis sampah plastik. “Dengan begitu konsentrasi saya tidak terbagi.

Saat ini ia membawa sampah plastik yang dijual ke Medan kurang lebih 12 ton perbulan. Untuk memudahkan pekerjaannya ia dibantu oleh 5 orang karyawan yang bertugas sebagai bagian penyortilan, pencucian dan pengangkutan. Untuk memudahkan memperoleh sampah, Nadir melakukan pendekatan ke pemulung juga ke perusahaan-perusahaan yang memiliki limbah plastik. Dari sampah ia memperoleh omset puluhan bahkan kadang ratusan juta Rupiah perbulan.

Baca Juga:   Sekdaprovsu : Penanganan Covid-19 Perlu Kerjasama Pusat dan Daerah

Gara gara sampah Tsunami

Nadir mengisahkan selama ini ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki usaha dari sampah. Hingga pada suatu kesempatan pada tahun 2009 dirinya melakukan praktek tugas lapangan di United Nations Development Program (UNDP) yang dimonitori oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan kota Banda Aceh.

Disaat yang sama dirinya juga melakukan penelitian Skripsi sebagai pokok tugas akhir demi menamatkan Sarjana Teknik Mesin. Judul skripsinya adalah : Tinjauan Pengembangan Daur Ulang Sampah Non Organik Wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar yang diprakasai oleh UNDP yang merupakan sebuah lembaga NGO dari PBB  Untuk Program Pengelolaan Sampah Pemulihan Tsunami (TRWMP)

Sambil melakukan praktek kerja lapangan, Nadir terjun sepenuhnya layaknya seperti dirinya sedang bekerja. “Saya pun diangkat sebagai salah satu fasilisator daur ulang sampah yang mengelola pabrik plastik UNDP ,”ungkapnya.

Baca Juga:   Ekspor Produk Baja Indonesia di Kawasan Teluk Berpeluang Besar

Dari situ Nadir dan rekan-rekannya menyerap ilmu dan turut memberi berbagai masukan. Melihat dedikasinya yang besar, pemimpin mempercayakan dirinya tetap meneruskan pekerjaannya di tempat tersebut hingga hari ini.

Pertama dirinya bergabung pabrik pengolahan sampah memproduksi 10 ton perbulan. Seiring dengan waktu terus terjadi peningkatan dan hingga hari ini memproduksi hingga 140 ton perbulan. Pabrik tersebut mengolah limbah plastik menjadi butiran plastik (biji plastik) yang kemudian dijual ke Medan untuk diolah menjadi plastik.

Nadir begitu menseriusi pekerjaannya, hingga terpikir ada sebuah peluang yang bisa diraihnya dari pengolahan limbah tersebut, yaitu menjadi pengumpul limbah plastik. Ia pun melegalkan usahanya dan mendirikan badan usaha dengan nama CV. Asia Global Mandiri. Demi memudahkan pekerjaannya, ia melakukan kerja sama dengan para pemulung. “Saat ini ada sekitar 20 orang pemulung. Saya juga menerapkan mereka harga yang pantas agar mereka loyal bersama saya,”ucapnya.

Per pemulung dalam dua hari rata-rata bisa mengumpul 300 kg hingga 500 kg sampah plastik. Sampah yang sudah diterima disortir, selanjutnya dicuci dan dikeringkan. Baru kemudian siap diangkut. “Saat ini saya menjualnya ke Medan. Dari usahanya ini Nadir berharap suatu saat memiliki pabrik pengolahan plastik sendiri agar ia tidak harus bersusah payah menjualnya ke Medan. Perbulannya ia bisa menjual sekitar 12 ton bahkan lebih plastik ke Medan. “Itu baru sebagian kecil,”ucap pria yang yang saat ini sedang menyelesaikan S2 jurusan Teknik Industri.

Baca Juga:   Pengamat Ekonomi : Resesi di Sumut Berlanjut

Pendidikan sampah
Nadir mengakui diuntungkan dengan usahanya. Tapi ada satu misi sosial yang diembannya disela menjalani pekerjaannya bidang daur ulang sampah. “Kita sering melakukan kampanye ke masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah, mengurangi penggunaan plastik. Karena bagaimanapun plastik itu membahayakan lingkungan karena tidak bisa terurai,”jelas ayah dua anak ini.

“Tapi saya bangga dengan pekerjaan saya. Karena dengan adanya daur ulang plastik ini setidaknya bisa membantu mengurangi dampak bahaya sampah di lingkungan,”jelasnya. Saat ini dirinya juga sedang mencanangkan bank sampah untuk masyarakat.(sit)