MEDAN-Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, dosen Institut Kesehatan Helvetia (IKH) Medan memberikan edukasi tentang pencegahan dan pengendalian penyakit DBD kepada siswa di SMA Muhammadiyah 18 Sunggal jalan Sei Mencirim No 60, Medan Krio, Deli Serdang pada Jum’at (16/2/2024) lalu.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diketuai oleh Yuniati,SKM,M.Kes yang merupakan dosen program studi D3 Keperawatan dan anggotanya yaitu, bidan Ramdhani Safitri SST, M.Kes.
Kegiatan pengabdian masyarakat dengan rangkaian acara memberikan penyuluhan berjudul “Edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit DBD” Kegiatan ini sebagai upaya dan usaha yang dilakukan dosen Institut Kesehatan Helvetia yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang Pencegahan dan Pengendalian penyakit DBD.
Ketua tim Yuniati mengatakan, secara umum, demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang menginfeksi manusia melalui vektor nyamuk. Demam berdarah dengue sejauh ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan internasional. Selain menjadi salah satu penyebab kematian, demam berdarah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus yang perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program PSN 3M, yaitu: Menguras/membersihkan, Menutup, dan Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Disebutkan Yuniati, data selama periode januari- mei 2023 jawa barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus DBd terbanyak di Indonesia yakni 6.398 kasus.di ikuti bali 3.678 kasus ,jawa tengah 3.068 dan jawa timur 2.551 kasus.
Pada periode sama kepmenkes juga melaporkan ada ratusan kasus kematian akibat DBd yang tercatat. Total kasus kematian DBdmencapai 270 kasus sampai(pecan ke 22)tahun 2023 kasus kematian tertinggi terjadi di propinsi jawa tengah,jawa barat,jawa timur ,NTB dan Kalimantan Timur.
Golongan umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit DBD. DBD banyak dijumpai pada anak usia 5 – 15 tahun.
Yuniati menambahkan, tentunya kasus tersebut sangatlah memprihatinkan, karena kasus Kematian banyak terjadi pada usia anak-anak. Maka dari itu perlulah ada peran pendidikan dalam mengatasi hal tersebut.
Pada saat tanya jawab dilakukan diketahui siswa dan keluarganya pernah menderita penyakit DBD. Oleh karenanya perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan, sehingga setelah selesai dilaksanakan penyuluhan pengetahuan siswa mengenai pencegahan dan pengendalian penyakit DBD pun meningkat mereka telah memahami apa yang dimaksud Penyakit DBD, faktor penyebab, dampak dan upaya yang harus dilakukan terhadap pencegahan dan Pengendalian penyakit DBD.
Kegiatan ini disambut baik oleh Kepala Sekolah SMA Muhammmadiyah 18 Sunggal Kecamatan Deli Serdang. Kegitan tersebut dihadiri sekitar 50 orang siswa dan siswi SMA Muhammadiyah dan saat kegiatan dilaksanakan di SMA tersebut para peserta mendengarkan dengan antusias dan tak sedikit pula yang mengajukan pertanyaan sehingga tarjalin komunikasi tanya jawab yang aktif.
Yuniati berharap, selaku ketua kegiatan setelah kegiatan ini berlangsung siswa memahami dan berkomitmen untuk melakukan tindakan pencegahan Penyakit DBD. (***)