Scroll untuk baca artikel
Artikel

Jejak Peradaban Melayu di Kota Tua Sei Rampah, Nikmati Burung Goreng Sambal Nenas di Warung Bang Yusuf

×

Jejak Peradaban Melayu di Kota Tua Sei Rampah, Nikmati Burung Goreng Sambal Nenas di Warung Bang Yusuf

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.comI SERGAI-Suasana peradaban kota tua Sei Rampah yang dikenal dengan jejak sungai yang mengangkut rempah-rempah pada zaman kesultanan Melayu Serdang itu  kini memang tinggal nama.  Hanya beberapa penggal saja yang tersisa, yaitu peradaban kulinernya. Nikmati kue cincin, donatnya Melayu plus burung goreng sambal nenas di Warung Bang Yusuf.

Warung ini adalah rekomendasi pertama saat melakukan pelesiran ke kota Sei Rampah. Berada di wilayah jalan lintas membuat warung ini mudah dijangkau. Tapi sayang, sekarang pembeli tidak lagi dilayani oleh bang Yusuf. Beberapa tahun lalu pria pekerja keras itu meninggal dunia dan kini warungnya dijalankan oleh isterinya Ani (33). Dibalik cadar hitamnya, wanita muslimah ini memasak aneka menu seperti yang sudah dijalankan oleh almarhum suaminya.

Baca Juga:   Indra Sikumbang Membawa PWI Asahan Semakin Baik

Menu yang disediakan di Warung Bang Yusuf adalah ayam penyet, burung goreng, nasi goreng dan aneka gorengan seperti risol dan kue cincin. Diantara beberapa menu yang dijual, burung goreng merupakan menu yang paling laris.

Jenis burung yang dijual adalah burung belibis. Sebelum digoreng, burung diungkap dengan bumbu kuning agar rasa gurihnya lebih berasa. Tapi burung ini menjadi tidak apa-apanya jika tidak didukung oleh sambal yang berfungsi sebagai cocolan. Inilah rahasia dibalik kesuksesan menu burung goreng warung Bang Yusuf. “Sambalnya dibuat dari nenas. Selain menjadikan rasa sambal lebih segar di mulut, nenas juga mampu menyembunyikan rasa amis daging burung,”ungkap Ani kepada Mediasumutku.com beberapa waktu lalu.

Baca Juga:   Tips promosi murah dan menambah isi dompet dengan menggunakan layanan Rajatraffic.com

Bahan membuat sambal nenas adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, kecap manis dan gula merah. Bumbu direbus, selanjutnya diblender, langsung disajikan. “Sambal tidak dimasak lagi, karena ia sudah matang waktu direbus,”ucap Ani.

Sambal nenas Ani begitu laris. Perharinya ia menyiapkan satu kilo cabai merah untuk kebutuhan sambal untuk burung goreng. Dan habis untuk satu hari. “Pelangan suka membeli sambal yang dilainkan, untuk risol pun ada yang minta sambal nenas,”terangnya.

Kue cincin juga menjadi incaran pelanggan. Kue cincin adalah kue tradisional Melayu yang sudah ada sejak jaman dahulu. Sekilas bentuknya menyerupai donat, karena bolong di tengah. Warna kue cincin kecoklatan karena menggunakan gula merah dan gula pasir. Tepung yang digunakan adalah tepung beras dan tanpa pengembang. “Kue ini bisa tahan hingga 3 hari. Malam hari adonan di buat, pagi digoreng,”terangnya. Perhari bisa terjual antara 200 hingga 300 buah.  Warung bang Yusuf buka pukul 17.00 hingga pukul 22.00 WIB.(Sit)

Baca Juga:   74 Tahun Peran BTN Membangun Peradaban dan Memajukan Masa Depan Bangsa