mediasumutku.com|MEDAN-Sejarahwan asal Universitas Negeri Medan, Dr. Phil. Ichwan Azhari menilai, Sanusi Pane, seorang sastrawan asal Mandailing Natal dinilai layak dan pantas mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional. Sebab jasa dan karya-karyanya yang menginspirasi dan juga mengkonstruksi persatuan negara Indonesia.
“Kan pahlawan nasional tidak harus tembak-tembakan di pinggir jalan melawan Belanda. Tapi dia bisa menjadi pahlawan nasional dari perspektif kebudayaan dengan dasar utama karya-karya sastra dia yang menginspirasi membentuk ke-Indonesia-an, ” ujar Dr. Phil. Ichwan sejarawan disela-sela diskusi Kepahlawanan Penggerak Bahasa Persatuan Indonesia bertema ‘Menimang jasa tokoh Sanusi Pane’, yang selenggarakan Balai Bahasa Sumatera Utara, Selasa (10/11/2020).
Disebutkannya, Sanusi Pane dikenal sebagai pujangga yang sangat penting di zamannya. Apalagi karya sastranya sudah dibaca di mana-mana.
Putra kelahiran Muara Sipongi, Mandailing Natal ini melalui karya-karyanya juga sudah mengangkat budaya dari tempat lain, diluar pulau Sumatera. Budaya Jawa yang selama ini hanya ada dalam bahasa Jawa ditulis dalam bahasa Melayu. Sehingga pembacanya lebih luas dan menyebarkan gagasan ke-Indonesiaan.
“Dan sepertinya dia melakukan itu dengan sadar demi ke Indonesiaan. Sehingga, Sanusi Pane bisa dan layak diusulkan sebagai pahlawan nasional. Sama halnya seperti, Amir Hamzah,”katanya.
Dia menambahkan, salah satu kriteria pahlawan nasional itu gerakannya tidak hanya bersifat lokal dan provinsi namun harus mencakup provinsi lain atau berdimensi nasional.
“Itu sudah memenuhi syarat. Di tahun-tahun berikutnya, dia juga menulis buku sejarah Indonesia, buku pertama yang mencoba menjelaskan masa lalu Indonesia sebagai satu kesatuan. Ini jasa dia yang bisa diusung untuk menjadi pahlawan nasional. Dia termasuk orang yang mengkonstruksi adanya Indonesia. Karena Indonesia sebagai negara, itu masih dalam angan-angan yang mempersatukan imajinasi. Setelah kolonialisme pergi siapa yang membentuk imajinasi ini, sastrawan dan jurnalis,” ujarnya.
Dengan peran tersebut ujarnya, yang merupakan sastrawan dan juga jurnalis ini sangat layak diusulkan menjadi pahlawan nasional. Karena telah menginspirasi terbentuknya sebuah negara karya sastra, surat kabar.
“Karena dia juga seorang jurnalis, karya sejarah dengan penulisan sejarah dan juga pergerakannya,” ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara, Dr Warjio yang turut sebagai pembahas dalam diskusi tersebut menyebutkan lewat karya-karyanya. Sanoesi Pane sudah memiliki kelayakan untuk diusung sebagai pahlawan nasional. Sebab, sepak terjangnya bukan saja tokoh daerah tetapi juga tokoh nasional yang memiliki pengaruh tidak hanya di Indonesia tapi internasional.
“Dalam perspektif unio mystica, itu satu perspektif hubungan internasional yang memberikan pengaruh. Sehingga sangat layak kalau Sanusi Pane dijadikan sebagai pahlawan nasional,” ujarnya.
Untuk mencapai hal tersebut ujarnya, dengan tetap menjalankan prosedur, mengumpulkan karya karyanya, serta memilih penempatan nama jalan. Hal ini, harus menjadi perhatian Pemda baik di Tapsel sebagai asal, kampung halamannya dan provinsi Sumut juga harus memberikan dukungannya. Tinggal bagaimana nantinya ditingkat pemerintah pusat akan profesional, sebab karya-karyanya sudah tidak diragukan lagi.
“Sebenarnya a hal ini harusnya, sudah dilakukan sejak dulu. Perspektif kita yang namanya pahlawan itu tidak harus militerisme atau tentara tapi perspektif karya-karya. Jadi siapapun itu bisa diajukan sebagai pahlawan,” ujarnya.
Kepala Balai Bahasa Sumut, Maryanto menyebutkan, kegiatan yang digelar ini sebagai upaya menimang, menebar dan mengajak kesepahaman bersama, jika di Sumut ada, tonggak sejarah yang mengusung ide ke-Indonesiaan melalui bahasa dan sastra.
“Ini konsolidasi lintas sektor dengan mengundang berbagai pihak, ” ujarnya seraya menambahkan di Sumut itu ada, sesuatu yang terendam yang harus diangkat. (MS7/foto:ist)