ASAHAN– Hingga hari kesepuluh, banjir akibat luapan sungai di Asahan, tepatnya di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan, belum juga surut. Sekitar 6.000 warga di daerah tersebut bertahan.Selain tak bisa bekerja, untuk makan warga juga mengharap bantuan.
“Kami tidak bisa apa-apa. Banjir ini sudah ada 10 hari. Sekarang cuma menunggu air ini kapan surutnya, tapi kalau liat cuaca sepertinya bakal lama karena hujan setiap hari,” kata Hasanudin, warga desa, Rabu (1/12/2021).
Dia mengatakan, ketinggian air pasang surut dan rata-tara bertahan hingga 40 cm. Jika hujan tiba, makaair akan naik hingga 1 meter. Desa tersebut merupakan langganan banjir di musim hujan. Akibatnya, aktifitas sebagian besar masyarakat berkebun dan bertani menjadi terganggu.
“Tidak bisa panen sawit. Bagaimana caranya mau manen ini air masih tinggi,” kata dia.
Saat ini, untuk beraktivitas warga banyak membuat rakit darurat dari tong air atau menggunakan sampan untuk berpindah tempat di lokasi banjir yang tinggi.
Sementara itu, Kepala Desa Sei Dua Hulu, Sumardi Nasution mengaku, ada 15 dusun di desanya yang terdampak banjir akibat luapan sungai Asahan yang mengalami pendangkalan ditambah rusaknya tanggul penahan air beberapa waktu lalu.
“Kalau yang terdampak ada 15 dusun, jumlah kepala keluarganya itu 1.487 KK yang kalau dihitung sekitar 6 ribu jiwa,” ujar dia.
Pihaknya tetap berkorrdinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang menyediakan tenda darurat menampung sementara warga terdampak banjir ke tempat yang lebih aman.
“Ada tenda darurat dibangun. Terutama di daerah rumah yang banjirnya tinnggi sudah dievakuasi,” kata dia.
Ia mengatakan dari seluruh wilayah desanya hanya sekitar 15 persen wilayah pemukiman sedang sisanya adalah lahan perkebunan dan pertanian.
“Lebih dari 5 ribu hektar itu lahan perkebunan, hampir semua terdampak banjir,” kata dia. (MS10)