Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Berita SumutMedanPolitikSumut

Antonius Minta Loyalitas Mengajar Guru Harus Kembali Seperti Tahun 80-an

×

Antonius Minta Loyalitas Mengajar Guru Harus Kembali Seperti Tahun 80-an

Sebarkan artikel ini

MEDAN-Semua orang yang pernah sekolah pasti mengenang gurunya. Terlebih setelah tamat, bekerja dan berumah tangga, tentu hari guru ini menjadi kenangan khusus waktu duduk di bangku sekolah. Waktu peringatan hari guru, ada upacara sederhana, para murid memberikan karangan bunga, membacakan untaian puisi, tidak ketinggalan lantunan lagu terima kasih guru dan pahlawan tanpa tanda jasa.

“Kita patut menhormati jasa-jasa para guru kita yang telah mendidik mulai taman kanak-kanak (TK), SD, SMP dan SLTA. Di empat jenjang pendidikan inilah para murid bergelut menimba ilmu dan menjadi penentu apakah putra-putri bangsa mampu secara ilmu pengetahuan melanjut ke perguruan tinggi. Karena tidak mudah mengajarkan huruf, berhitung dan budi pekerti. Sehingga semua bisa kita lalui, sampai sekarang banyak yang berhasil, tentu tidak lepas dari jasa para guru,” kata Wakil Ketua Fraksi Nasdem DPRD Kota Medan Antonius Devolis Tumanggor S.Sos kepada wartawan, Kamis (1/12/2022) terkait peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022.

Namun, pada peringatan Hari Guru tahun 2022 ini, dia mau memberi masukan kepada para pejuang pendidikan ini agar citra guru kembali pada awal kemedekaan sampai tahun 1990-an. Waktu itu, guru benar-benar mengajar dengan sepenuh hati dan jiwanya. Tujuannya bagaimana semua anak didik yang diajarnya benar-benar mengerti mata pelajaran tersebut. Seluruh kemampuan guru untuk mengajar mereka curahkan sampai para murid benar-benar paham.

Baca Juga:   Pemko Medan Mulai Laksanakan PTM untuk SMP

“Ada yang belum paham? Jangan takut, tunjuk tangan yang belum mengerti ya. Itulah cara guru saya tahun 80-an sampai 90an. Guru mengenali kami satu per satu, jika ada yang tidak masuk sekolah 3 hari, guru datang ke rumah, apakah muridnya sakit, malas atau faktor lain,” ungkap Antonius menceritakan masa lalunya ketika sekolah.

Jika dibandingkan sekarang kata anggota Komisi 4 ini, guru sekarang kebanyakan hanya memberi materi sebatas garis-garis besar. Ilmu guru yang kaya akan dituangkan lebih lanjut di kelas bimbingan belajar (Bimbel). Maka tidak heran, anak sekolah zaman sekarang, setelah pulang sekolah langsung Bimbel sampai di rumah sudah malam.

“Sekarang ini, Bimbel menjamur, semua mengaku terbaik. Siswanyapun banyak, masih berseragam sekolah, mulai SD sampai SMA sudah Bimbel. Dahulu tidak ada Bimbel, kalaupun tamat SMA sederajat, kalau mau ikut masuk perguruan tinggi negeri barulah Bimbel, itupun hanya 2 bulan untuk mempertajam pengetahuan dan tahu cara mengerjakan soal paling singkat. Murid sekarang pintar-pintar bukan karena pengajaran dari guru sekolahnya, tapi dari tentor Bimbelnya,” terangnya.

Baca Juga:   Fraksi Demokrat Berharap Lahirnya Ranperda Tentang Keolahragaan

Itu makanya kata Antonius, hanya anak-anak ekonomi menengah ke atas yang lulus ke perguruan tinggi negeri favorit, seperti ITB, UI, UGM dan IPB. Karena, hanya anak-anak orang mampulah yang bisa Bimbel secara reguler yang biaya Bimbelnya sampai mencapai 50 juta setahun. Anak-anak orang kurang mampu kalah bersaing menjangkau perguruan tinggi negeri, mereka tidak mampu ikut Bimbel.

“Tapi kalau dulu, di era tahun 80-an sampai 90-an, anak-anak petani dari kampung bisa lulus ke perguruan tinggi negeri favorit. Karena mereka sudah dibekali guru yang cerdas secara ilmu pengetahuan. Bahkan saking loyalnya guru zaman dahulu mengajar, para murid yang akan ujian akhir kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan SMA belajar tambahan di sore hari. Agar pada ujian akhir yang dulu namanya Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) bisa lulus semua dan masuk perguruan tinggi negeri. Dulu ada lagu tentang guru ditayangkan di TVRI yang liriknya: Kita bisa pintar dibimbing bu guru, kita bisa pandai dibimbing pak guru. Tapi kalau sekarang, murid bisa pintar kebanyakan karena tentor Bimbelnya,” ungkap Antonius.

Baca Juga:   Terkait Penghinaan Peserta Didik, Komisi II DPRD Medan Akan Panggil Kadis Pendidikan

Untuk itu, dia sangat berharap citra mengajar para guru dikembalikan seperti semula. Apalagi para guru sekarang ada yang dapat dana sertifikasi guru jika jam belajarnya banyak. Jika dibanding guru di era Orde Baru tanpa ada gaji tambahan tapi sangat loyal mengajar. Pengabdian itulah yang diharapkan Antonius hendaknya dijunjung tinggi para guru sekarang.

“Kepada pemerintah juga kita harapkan kesejahteraan guru lebih ditingkatkan, terlebih mereka yang PNS supaya mereka juga mendapat Tambahan Perbaikan Penghasilan (TPP). Karena semua PNS non guru mendapat TPP. Meski guru sudah mendapat dana sertifikasi, hendaknya TPP juga mereka dapat, karena tugas sebagai pendidik cukup berat, menyita waktu yang banyak juga memeras pikiran. Pemerintah juga harus meniadakan hukuman bagi guru yang memukul muridnya. Karena, salah satu faktor murid zaman dahulu adalah segan kepada guru, jika ketahuan sama orang tua dipukul guru di sekolah, malah orangtua menambah pukulan tersebut. Kalau sekarang, murid dipukul, orang tua langsung melapor ke polisi, mungkin itu salah satu faktor kenapa para guru enggan mengajar serius. Selamat hari guru, hormat saya kepada guru,” tuturnya.